Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penjelajahan Samudera

Ekspedisi Ferdinand Magellan untuk Membuktikan Bumi Bulat

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Armada Ferdinand Magellan berangkat dari Seville pada 20 September 1519 ke arah barat dan kembali setelah perjalanan tiga tahun lebih sebulan. Pelayaran yang sangat sangat sulit untuk menemukan rute menuju Maluku dan kembali ke Eropa dari arah timur.

Ferdinand Magellan adalah seorang penjelajah Portugis yang memimpin ekspedisi pertama untuk mengelilingi dunia. Seperti banyak orang sezamannya, Magellan berangkat untuk menemukan jalur laut Barat ke Kepulauan Rempah di Indonesia.

Ferdinand Magellan lahir sekitar tahun 1480 dari keluarga bangsawan di Portugal. Sebagai anak laki-laki, dia melayani raja Portugis sebagai penjelajah dan mempelajari kartografi serta navigasi dengan gigih. Pada usia pertengahan 20-an, Magellan bergabung dengan armada Portugis.

Bersama armada itu membawanya ke Afrika timur, tempat dia melawan kapal-kapal Mesir di Pertempuran Diu. Di Maroko, ia mengalami luka dapat pincang selama sisa hidupnya. Selama di sana ini dituduh berdagang secara ilegal dengan bangsa Moor atau orang-orang Muslim.

Terlepas dari penolakan berulang kali atas tuduhan tersebut, Magellan kehilangan jabatannya dan tawaran pekerjaan Portugis di masa depan. Pada 1517, Magellan pindah ke Seville, Spanyol, di mana dia bertemu dengan seorang Portugis yang memiliki hubungan baik, Diogo Barbosa. Ia menikahi putrinya, Beatriz, dan memiliki seorang putra.

Barbosa mengamankan pertemuan Magellan dengan istana Spanyol untuk membahas ide perjalanan Magellan. Terinspirasi oleh pelayaran Christopher Columbus, Vasco Núñez de Balboa, dan penjelajah lainnya, Magellan telah menyusun rencana untuk menemukan rute berlayar ke arah barat, menuju perairan ke Kepulauan Rempah yang disebut Maluku.

Rute ke barat dipilih karena Spanyol terikat dengan Perjanjian Tordesillas (1494). Spanyol dan Portugis membagi dua dunia lewat garis demarkasi yang ditarik dari Kutub Utara ke Kutub Selatan sekitar 100 league (setara 320 mil) dari barat Kepulauan Cape Verde. Spanyol harus berlayar ke arah barat dan Portugis ke rah timur dari garis itu.

Tanpa banyak bertanya, Raja Charles I dengan mudah menyetujui dan membiayai ekspedisi tersebut. Pada 10 Agustus 1519, Magellan berlayar dengan 270 orang dan lima kapal. Kapal tersebut adalah Trinidad dikomandoi oleh Magellan, San Antonio, Victoria, Concepción, dan Santiago. Dari Spanyol, armada berlayar ke Brasil dan kemudian menuju ke selatan, menyusuri pantai.

Mereka sedang mencari jalur air dongeng yang memungkinkan mereka melintasi Amerika selatan tanpa harus mengitari Cape Horn. Perjalanan itu sulit. Magellan mencari Rio de la Plata, muara Brasil, tanpa hasil untuk waktu yang lama.

Banyak awak kapal yang kedinginan dalam cuaca buruk atau kelaparan. Di Port San Julian, lepas pantai Patagonia (yang diberi nama Magellan), para kru memberontak melawannya pada tengah malam Paskah.

Dia memadamkan pemberontakan dengan membunuh satu kapten dan meninggalkan yang lain. Dia juga mengirim Santiago ke depan untuk mengintai, tetapi kapal itu karam. Sebagian besar awak kapal diselamatkan, dan armada menghabiskan musim dingin badai yang mengerikan di Port San Julian.

Selat Magellan

Saat cuaca membaik, Magellan berlayar lagi. Pada 21 Oktober 1520, dia akhirnya menemukan lorong yang akan menyandang namanya. Selat Magellan adalah saluran sempit melengkung yang memisahkan Tierra del Fuego di ujung Amerika selatan dari daratan benua. Berlayar melewati celah sempit berbahaya bagi kapal, dengan udara beku yang berkabut.

Bahkan armada membutuhkan waktu lebih dari sebulan untuk melewati selat sepanjang 350 mil itu. Selama waktu itu, kapten San Antonio membalikkan kapalnya dan berlayar kembali ke Spanyol, membawa banyak perbekalan bersamanya.

Setelah 38 hari di selat, armada akhirnya muncul di Samudra Pasifik pada November 1520. Mereka adalah orang Eropa pertama yang melihat samudra ini. Magellan menamainya Mar Pacifico yang artinya laut yang damai karena perairannya tampak tenang dibandingkan perairan selat yang sulit itu.

Magellan meremehkan ukuran lautan Pasifik yang kemudian masuk dalam kategori samudra. Kapal-kapal tidak siap untuk perjalanan panjang. Banyak awak kapal yang kelaparan saat mencari daratan. Akhirnya pada bulan Maret, kapal mendarat di Guam. Di sana, mereka dapat mengisi kembali perbekalan sebelum berlayar ke Filipina dan sampai di sana 17 Maret 1521.

Pada 31 Maret 1521 Magellan dan lima puluh anak buahnya mendarat di Limasawa saat ini untuk berpartisipasi dalam misi Katolik pertama di Filipina. Selanjutnya mendarat di Cebu, Magellan diliputi semangat religius dan memutuskan untuk mengubah penduduk asli menjadi Kristen.

Beberapa penduduk asli setuju untuk pindah agama, sementara yang lain tidak dan perpecahan itu menyebabkan masalah dalam populasi. Raja Cebu menjadi Kristen, dan berusaha melawan kelompok tetangga, Mactan, yang tidak pindah agama. Orang Cebu meminta Magellan untuk bergabung dengan mereka dalam pertarungan mereka, dan dia setuju.

Tidak mengindahkan nasihat anak buahnya, Magellan memimpin serangan, dengan asumsi senjata Eropanya akan memastikan kemenangan cepat. Namun, orang Mactan bertempur dengan sengit dan menyerang Magellan dengan panah beracun. Magellan meninggal karena luka pada 27 April 1521.

Setelah kematian Magellan, Sebastian del Cano mengambil alih komando dua kapal yang tersisa, Trinidad dan Victoria. Sedangkan kapal Concepción dibakar karena tidak ada cukup orang yang tersisa untuk mengoperasikannya.

Seorang mantan pemberontak sebelumnya, del Cano memimpin kapal ke Kepulauan Rempah. Setelah mengamankan rempah-rempah yang telah lama mereka tuju, kapal-kapal berlayar ke Spanyol. Namun sayangnya Trinidad diserang oleh kapal Portugis dan dibiarkan karam.

Pada September 1522, tiga tahun sebulan sejak perjalanan dimulai kapal Victoria berlabuh kembali di Seville. Hanya satu kapal dari lima kapal asli dan hanya 18 orang dari 270 awak kapal asli yang selamat dari pelayaran tersebut. Di antara mereka adalah Antonio Pigafetta, seorang cendekiawan yang menyimpan buku harian terperinci tentang ekspedisi tersebut.

Meskipun Magellan tidak berhasil mengelilingi dunia karena meninggal dalam konflik di Filipina, namun ekspedisi yang dipimpinnya menemukan warisan penting yaitu Samudra Pasifik oleh Eropa dan bukti empiris bahwa dunia itu bulat.

Magellan telah membuktikan bahwa kapal dapat berlayar mengelilingi dunia di jalur laut barat. Ia menunjukkan Samudra Pasifik sangat luas dengan panjang mencapai 7.000 mil lebih jauh daripada yang diperkirakan oleh para kartografer.

Seperti yang dikatakan sejarawan Laurence Bergreen, "Dalam hal prestise dan kekuatan politik, pencapaiannya setara dengan Renaisans untuk memenangkan perlombaan luar angkasa," tulis dia dalam buku Over the Edge of the World (2019).

Selat Magellan bukanlah rute yang mudah, juga bukan rute yang cepat, dan banyak pelaut berikutnya gagal menemukan pintu masuk yang tepat di labirin pulau di ujung selatan Amerika. Beberapa penjelajah bahkan mengklaim selat sudah tidak ada lagi dan pendaratan pasti telah memblokir rute tersebut, seperti kesulitan dalam menavigasi pulau-pulau ini.

Selain itu, badai ganas yang berkumpul di sekitar Cape Horn merupakan tantangan berat lainnya. Antara tahun 1577 dan 1580 navigator Inggris, Francis Drake (1540-1596 M) berhasil menemukan jalan melalui selat dalam pelayarannya sendiri mengelilingi dunia, untuk pertama kalinya menyerang koloni Spanyol di pantai barat Amerika dan menjarah kapal Spanyol. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top