Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ekonomi Tiongkok Mulai Bangkit pada Paro Kedua 2020

Foto : AFP

Kembali Bergeliat - Pekerja sedang melakukan pengemasan produk pipa silinder di sebuah pabrik di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Sejumlah analis menyatakan bahwa sektor industri di Tiongkok telah kembali bergeliat walau hanya memasok kebutuhan domestik saja.

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Perekonomian Tiongkok telah bangkit kembali pada paro kedua kuartal 2020 setelah pandemi virus korona mengakibatkan penurunan ekonomi untuk pertama kalinya di Negeri Panda selama beberapa dekade. Informasi itu disampaikan dalam hasil jajak pendapat analis yang dikumpulkan AFP dan dipublikasikan pada Minggu (12/7).

"Survei terhadap analis di 11 institusi menyatakan bahwa Tiongkok mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,3 persen walau angka itu amat jauh dari prediksi pada tahun lalu sebesar 6,1 persen. Angka itu lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain yang masih kesulitan mengendalikan pandemi," demikian dilaporkan AFP.

Virus korona yang pertama kali muncul di kawasan pusat industri di Provinsi Hubei pada akhir tahun lalu, telah mengakibatkan ditutupnya bisnis di seluruh dunia dan mengakibatkan ratusan juta lapangan pekerjaan mengalami kehancuran.

Namun sejumlah analis memprediksi bahwa hanya Tiongkok akan jadi negara perekonomian kuat yang mengalami pertumbuhan positif pada tahun ini dan hal itu terjadi karena negara itu pertama kali dilanda wabah dan jadi negara pertama yang bisa pulih dari wabah tersebut.

"Tiongkok diperkirakan akan mengalami 1,7 persen pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini," demikian kesimpulan jajak pendapat yang dirangkum oleh AFP.

Hasil survei ini memang bertentangan dengan perkiraan IMF terkait adanya penurunan pertumbuhan ekonomi global. Tiongkok sendiri akan melaporkan data pertumbuhan ekonominya untuk periode April-Juni pada Kamis (16/7) mendatang.

Selama terjadinya pandemi, banyak pemerintahan di dunia menghentikan roda bisnis di negara masing-masing demi mengendalikan wabah virus dengan menutup pabrik, meminta tenaga kerja tetap tinggal di rumah dan membatasi perjalanan.

Namun saat ini di sebagian besar wilayah Tiongkok telah berhasil mengendalikan epidemi dan mengakhiri lockdown baik di Hubei maupun di Kota Wuhan sejak April lalu. Otoritas di Tiongkok sendiri bahkan baru bisa mengatasi wabah di Beijing pada bulan lalu dengan menerapkan larangan secara terbatas.

"Pemeriksaan kesehatan massal dan lockdown secara terbatas telah mengurangi gangguan terhadap ekonomi sehingga investor merasa yakin bahwa Beijing telah siaga menghadapi gelombang kedua pandemi sehingga Tiongkok bisa terus membuka negaranya," demikian pernyataan analis dari institusi Moody, Xu Xiaochun.

Tanggapan Analis

Saat kuartal pertama tahun ini, Tiongkok melaporkan penurunan ekonomi sebesar 6,8 persen. Pemerintah di Beijing pun lalu menyikapi hal itu dengan fokus atas upaya menstabilkan lapangan kerja dan menjamin kecukupan hidup warganya. Langkah itu ternyata memang menyebabkan semakin meningkatnya defisit target ekonomi sebesar 1 triliun yuan.

Menurut pakar ekonom Tiongkok dari Oxford Economics, Tommy Wu, langkah itu justru bisa mengarah pada pemulihan ekonomi di Tiongkok karena setelah kuartal kedua tahun ini gangguan pada aspek supply mulai berakhir dan pabrik-pabrik mulai dibuka kembali.

Sementara itu ketua riset Tiongkok di Institute of International Finance bernama Gene Ma menyatakan ada faktor lain dibalik pemulihan ekonomi di Tiongkok yaitu karena negeri itu amat fokus pada sektor industri. "Akibatnya sektor industri bisa pulih dengan cepat dibandingkan dengan sektor layanan jika Covid-19 kembali mewabah," ucap Ma.

Sementara Xu Xiaochun menambahkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok saat ini melambat namun bukan mengarah pada penurunan yang menghambat pemulihan. Diterangkan oleh Xu melambatnya ekonomi Tiongkok karena saat ini hanya melayani permintaan pasar domestik saja. SB/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top