Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemeliharaan Lingkungan

Ekonomi Sirkular Bakal Membuat Efisiensi Energi dan Air

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penerapan ekonomi sirkular pada 36 inisiator yang terdaftar diperkirakan akan menghemat biaya operasional sebesar 431,9 miliar rupiah. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Medrilzam, mengatakan selain penghematan, ekonomi sirkular juga akan menciptakan lapangan kerja baru bagi sekitar 14.270 pekerja.

Dalam buku bertajuk "The Future is Circular: Langkah Nyata Inisiatif Ekonomi Sirkular di Indonesia", penerapan ekonomi sirkular di 36 inisiator juga mampu menghasilkan efisiensi energi sebanyak 4,8 juta megawatt, penurunan konsumsi air lebih dari 252 ribu meter kubik, mengurangi 827 ribu ton sampah, serta mengurangi emisi gas rumah kaca lebih dari 1,4 juta ton CO2 ekuivalen. Hal itu sangat mendukung upaya pemerintah dalam mencapai low carbon development dan net zero.

"Ini bukan hal yang main-main. Angka-angka tadi itu mencerminkan betapa masifnya, betapa hebatnya dampak positif yang bisa dihasilkan dari sirkular ekonomi ini," kata Medrilzam.

Bappenas bersama kementerian/lembaga lainnya, ke depan, akan menjadikan ekonomi sirkular sebagai prioritas di Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dalam 20 tahun ke depan. "Sirkular ekonomi ini menjadi salah satu tools bagi kita di dalam platform low carbon development untuk mencapai tujuan pembangun hijau ke depan dan ekonomi hijau kita," katanya.

Adapun 36 inisiator yang terlibat dalam penyusunan buku "The Future is Circular: Langkah Nyata Inisiatif Ekonomi Sirkular di Indonesia" yang baru saja diluncurkan Bappenas dan UNDP, terdiri dari berbagai sektor ekonomi dan berbagai aktor, yakni pemerintah, pelaku usaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menerapkan model ekonomi sirkular di Indonesia.

Sesuai dengan Peta Jalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia 2030, Indonesia telah menetapkan kebijakan pembangunan rendah karbon yang kemudian diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Salah satu bentuk konkret upaya pembangunan rendah karbon yang dilakukan Indonesia adalah menetapkan target nasional penurunan emisi sebesar 27,3 persen pada 2024 salah satunya melalui intervensi ekonomi sirkular dari target 22,5 persen pada 2018.

Untuk mencapai target-target itu, Indonesia perlu mengubah sistem-sistem lama yang sudah tidak lagi efektif, bahkan berisiko merusak lingkungan.

Pada prinsipnya, sistem ekonomi sirkular merujuk pada usaha-usaha mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sembari tetap menghasilkan pertumbuhan ekonomi.

Daur Ulang

Pengamat Lingkungan dari Universitas Brawijaya, Malang, Adi Susilo, yang diminta pendapatnya, mengatakan guna mendukung konsep ekonomi sirkular, perlu digalakkan gerakan daur ulang limbah serta pemanfaatan energi terbarukan.

"Inti dari ekonomi sirkular sangat bagus, supaya orang dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya, dan berlangsung terus-menerus. Seperti, limbah dari suatu proses produksi atau konsumsi yang bisa digunakan sebagai input produksi lagi. Misalnya, limbah makanan atau bahan lainnya seperti plastik, logam, apa saja," katanya.

Dengan proses daur ulang yang tepat, sumber daya tersebut tidak hanya memiliki nilai ekonomis, tapi juga dapat menyelamatkan lingkungan dari polusi berbagai limbah. Proses daur ulang ulang limbah pun sedapat mungkin memanfaatkan energi terbarukan agar mengurangi tingkat karbon yang memicu perubahan iklim.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top