Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Perekonomian

Ekonomi Nasional Alami Pelemahan Struktural

Foto : ISTIMEWA

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kinerja perekonomian nasional ditengarai sedang mengalami masalah struktural. Kondisi ini tentu menghambat daya pacu ekonomi menuju target Indonesia emas. "Walaupun tumbuh, perekonomian Indonesia menunjukkan adanya indikasi permasalahan struktural, dengan pertumbuhannya sebagian besar didorong oleh faktor musiman," ucap pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, di Jakarta, Rabu (7/8).

Riefky memaparkan sekitar 45 persen dari aktivitas ekonomi Indonesia ditopang hanya tiga sektor, yaitu pertanian, pengolahan, dan perdagangan. Padahal, ketiga sektor ini melanjutkan tren pertumbuhan di bawah rata-rata nasional.

"Stagnansi yang persisten terjadi di sektor pengolahan menguatkan indikasi terjadinya deindustrialisasi prematur," paparnya. Lebih lanjut, pertumbuhan perdagangan besar dan eceran di bawah 5 persen menyiratkan adanya potensi pelemahan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah. Hal ini juga kemungkinan dipengaruhi oleh potensi deindustrialisasi prematur yang membatasi peningkatan kesejahteraan tenaga kerja akibat lemahnya pertumbuhan produktivitas dari aktivitas produksi di Indonesia.

Di sisi lain, performa sektor pertanian cukup mengecewakan, dipengaruhi oleh produktivitas yang rendah akibat berbagai faktor, dari rendahnya keterampilan tenaga kerja dan kualitas bahan baku hingga minimnya skema penjaminan untuk petani. "Kondisi ini diperparah oleh faktor musiman El Nino," ucapnya. Dari sisi eksternal, defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2024 meningkat ke 2,2 miliar dollar AS (0,6 persen dari PDB), melebar dari 1,1 miliar dollar AS (0,3 persen dari PDB) pada triwulan akhir 2023 akibat kontraksi neraca perdagangan.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menegaskan pemerintah akan memperhatikan faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi agar target pertumbuhan sebesar 5,2 persen dapat tercapai pada semester II-2024.

"Konsumsi, investasi, ekspor, impor yang kita akan perhatikan. Kita nanti di semester kedua ini yaitu kuartal ketiga dan keempat akan terus melihat faktor-faktor untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi bisa tetap terjaga pada tingkat antara 5,1 (persen) hingga bahkan kalau bisa mencapai 5,2 (persen)," kata Menkeu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 tumbuh 5,05 persen secara tahunan (yoy) ditopang kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) didorong periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang. Pemerintah, terang Menkeu, akan terus memantau risiko stagnasi perekonomian global yang diperkirakan masih berlanjut sepanjang 2024. APBN 2024 akan terus dioptimalkan untuk menjaga stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi sehingga target pertumbuhan sebesar 5,2 persen dapat tercapai.

Gejala Demanufakturisasi

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Atmajaya Jakarta, YB Suhartoko, mengatakan RI mengalami demanufakturisasi. Meski demikian, gejala demanufakturisasi ini masih terlalu dini sehingga perlu diatasi segera.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami kecenderungan penurunan, sementara industri manufaktur mempunyai peran kunci dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan, di tengah berbagai tantangan global yang masih berlangsung saat ini, fundamental perekonomian Indonesia masih tetap terjaga.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top