Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyeksi 2019 - Pelambatan Ekonomi Global Bayangi Perekonomian Nasional

Ekonomi Diprediksi Tumbuh 5,4%

Foto : ANTARA/Puspa Perwitasari

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan sedikit di atas capaian pada periode saat ini atau sesuai dengan target dalam APBN 2019. Namun, bank sentral dan sejumlah ekonom menyangsikannya mengingat perekonomian global masih diliputi ketidakpastian yang berimbas pada kondisi makroekonomi di dalam negeri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 akan lebih tinggi dibandingkan capaian pada 2018. "Tahun depan lebih tinggi, 5,3 persen sampai 5,4 persen," ujar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat pekan lalu. Dia memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mampu tumbuh hingga 5,2 persen.

"Tahun ini (pertumbuhan ekonomi) 5,2 persen. Mungkin sedikit lebih, tetapi 5,2 persen lebih aman," katanya. Mantan gubernur Bank Indonesia itu menilai bahwa pertumbuhan ekonomi di triwulan IV memiliki kecenderungan hampir selalu lebih tinggi dari triwulan-triwulan sebelumnya. "Karena ekonomi di triwulan terakhir pada umumnya lebih aktif," ujar Darmin.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia triwulan III-2018 tumbuh 5,17 persen terhadap triwulan III- 2017 (year-on-year/ yoy). BPS juga mencatat bahwa ekonomi Indonesia triwulan III-2018 terhadap triwulan sebelumnya meningkat sebesar 3,09 persen (quarter-to-quarter/ qtq). Namun, Bank Indonesia (BI) pesimistis dengan target pemerintah tersebut.

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan bakal menghadapi tantangan berat seiring pelambatan perekonomian dunia. BI memperingatkan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 masih akan dibayangi ketidakpastian, terutama terkait perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Pertumbuhan ekonomi global akan cenderung mengarah ke bawah tiga persen. "Kecuali AS, semua negara mengalami perlambatan ekonomi. Bahkan untuk pertama kalinya, Tiongkok mencatatkan defisit transaksi berjalan dalam 20 tahun terakhir. Ini menggambarkan Tiongkok mengalami dampak yang kini terjadi terutama dari sisi perdagangan," kata Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, dalam acara diskusi CORE Economic Outlook 2019 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Didorong Konsumsi

Dody menyatakan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2019, sebesar 5,1 persen atau hampir sama dengan estimasi capaian tahun ini. Dody menambahkan, konsumsi domestik masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada 2019 didukung dengan penyaluran kredit perbankan dan non-perbankan.

"Domestic demand masih akan jadi faktor utama di 2019. Financing untuk 2019 juga masih akan cukup tinggi, tidak hanya yang dari perbankan, tapi juga non-perbankan," kata Dody. Hal senada juga disampaikan Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. Lembaga tersebut bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di kisaran 5,1-5,2 persen, lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam APBN 2019, yakni 5,3 persen.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menilai target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen yang dipatok pemerintah pada 2019 secara realistis masih sulit tercapai. Belanja pemerintah, lanjutnya, memang dapat digenjot untuk tumbuh lebih tinggi. Namun, dua sumber pertumbuhan yang lain yakni investasi dan net ekspor masih mengalami tekanan.

"Sementara konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar PDB kemungkinan besar juga masih sukar tumbuh lebih dari 5,1 persen," ujar Faisal. Dia menambahkan, meskipun tantangan ekonomi yang dihadapi pada 2019 lebih besar, bukan berarti peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi sudah tertutup.

mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top