Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Bencana - Sosialisasi Mitigasi Bencana Harus Diberikan secara Kontinu

Edukasi Kebencanaan sejak Dini

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Edukasi mengenai kebencanaan perlu ditanamkan sejak dini karena di Indonesia belum ada mata pelajaran yang membahas penanggulangan kebencanaan sejak usia dini. Hal ini sangat penting untuk memberikan pembelajaran mengenai pengurangan risiko bencana alam.

Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,Sri Atmaja P Rosyidi, mengatakan hal tersebut pada acara "Refleksi Akhir Tahun 2018 dan Outlook 2019 Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)" di Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Menurut dia, untuk mencegah sebuah bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus sangat mustahil. Namun yang dapat dilakukan adalah mencari solusi agar ketika bencana itu datang, korban yang terdampak dapat diminimalkan atau kalau bisa tidak ada korban jiwa.

Salah satunya dengan mencari formula bersama untuk membuat sebuah perencanaan gedung yang tidak mudah runtuh dan aman dari bencana. Sebenarnya, gempa itu tidak selamanya membuat orang meninggal dan merasa bahaya, justru gedung-gedung yang ada yang dapat menimbulkan korban jiwa.

"Jadi, jangan salahkan bencananya, tetapi mulai dengan infrastruktur yang dapat mencegah jatuhnya banyak korban. Misalnya, kita tidak membangun perumahan di atas bantaran sungai, karena rumah di atas bantaran sungai itu sama saja mendekatkan pada bencana," katanya.

Selain itu, masih banyak pula aspek lainnya yang kemudian menjadi kekeliruan informasi dalam menyikapi bencana yang terjadi di Indonesia. Misalnya, saat terjadi gempa bumi di Lombok pada 5 Agustus 2018, masyarakat setempat mengaitkan bencana dengan mitos bahwa Gunung Rinjani sudah tidak suci lagi.

"Saya hampir 10 hari berada di Lombok pascagempa bumi terjadi. Di situ, rupa-rupanya ketika sebuah penyadaran kebencanaan terlambat, yang muncul adalah sisi sosial spiritual yang melenceng, seperti munculnya mitos," katanya.

Ia mengemukakan, sebagian dari mereka beranggapan bahwa gempa bumi terjadi karena Gunung Rinjani sudah tidak suci lagi. Menurut mereka, orang yang mendaki Rinjani harus orang suci, sekarang banyak orang asing datang ke sana.

"Kita tidak bisa menyalahkan mitos itu, karena terjadi keterlambatan penyadaran mengenai informasi bencana," kata Sri Atmaja.

Ia mengatakan, dari fakta itu dapat ditarik benang merah mengenai keterlambatan penyadaran tentang bencana alam, yang kembali terulang pada bencana di Banten dan Lampung.

"Jika otoritas berwenang sudah menyadari aktivitas dari Gunung Anak Krakatau, dan memberikan imbauan untuk menjauhi daerah rawan bencana maka korban yang jatuh tidak akan lebih dari 400 orang," katanya.

Pendidikan Mitigasi

Sementara itu, peneliti dari Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Deny Hidayati, berpendapat sosialisasi dan pendidikan tentang mitigasi bencana di Tanah Air harus diberikan secara kontinu dan berulang-ulang agar membudaya di masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan hanya sekali tidak membekas di masyarakat dan cenderung segera lupa.

"Tidak bisa dilakukan hanya sekali saja. Sosialisasi hanya dilakukan sekali saja itu tidak cukup, harus dilakukan secara kontinu," kata dia.

Deny menjelaskan berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya di beberapa daerah rawan bencana, sosialisasi yang dilakukan hanya sekali tidak membekas di masyarakat dan cenderung segera lupa.

Selain itu, dia juga melihat kecenderungan sosialisasi dan pendidikan mitigasi bencana pada beberapa kejadian bencana hanya dilakukan pada saat setelah terjadi bencana. Sosialisasi dan pendidikan itu hilang ketika pada masa tidak ada kejadian bencana.

Deny menerangkan seharusnya sosialisasi mitigasi bencana diberikan secara reguler pada periode waktu tertentu disertai dengan latihan atau simulasi.

Kesadaran dan kesiapsiagaan akan bencana di masyarakat, kata Deny, merupakan salah satu mitigasi bencana nonstruktural yang harus diperkuat.YK/Ant/E-3

Penulis : Eko S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top