Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
WAWANCARA

Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Dr Peter Schoof : Jerman Belum Pernah Alami Dampak Sebesar Ini

Foto : Kedutaan Besar Jerman Untuk Indonesia, Timor Leste
A   A   A   Pengaturan Font

Salah satu kuncinya, Jerman cukup siap karena sudah mengantisipasi dengan baik sejak awal. Indonesia dapat belajar dari kesuksesan Jerman menangani korona. Selain itu, Bundesrepublik Deutschland juga mampu meyakinkan masyarakatnya bahwa ekonominya cukup baik, walau sebelumnya sudah mengalami beberapa krisis. Jerman juga mampu mengucurkan berbagai bantuan kepada warga. Untuk membedah seputar masalah strategi penanganan Covid-19 dan hubungan bilateral dengan Indonesia, wartawan Koran Jakarta Aloysius Widiyatmaka mewawancarai Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, Dr Peter Schoof. Berikut petikannya.

Bisa digambarkan keadaan terbaru Covid-19 di Jerman?

Jerman saat ini mempunyai sekitar 250.000 orang yang terinfeksi semenjak pandemi mulai. Angka harian naik di bulan Juli dan Agustus. Bulan-bulan tersebut merupakan waktunya tradisi berlibur di Jerman, terutama karena kepulangan banyak orang dari berlibur. Maka dari itu, di beberapa pekan terakhir ini, Kanselir Jerman dan Perdana Menteri/Presiden Menteri (Ministerpräsident) dari semua negara bagian berkumpul guna menentukan pengetatan untuk jangka waktu terbatas, di antaranya kewajiban tes PCR untuk semua yang kembali ke Jerman. Sementara itu, sekarang situasi telah stabil kembali. Memang masih terdapat infeksi baru, tetapi titik infeksi tersebut terisolasi. Kini masih ditunggu, situasi selanjutnya beberapa pekan mendatang. Apabila telah memasuki musim gugur di Jerman, orang-orang akan lebih sering berada di dalam ruangan. Ini akan memudahkan penyebaran infeksi.

Jerman dinilai menjadi salah satu negara terbaik dalam penanganan Covid-19. Apa saja kunci/strateginya?

Salah satu yang terpenting dari pandangan pemerintah Jerman adalah meningkatkan kapasitas tes di seluruh negara bagian. Semakin banyak tes, tambah tepat gambaran situasi, maka rantai infeksi dapat dipatahkan dan titik infeksi dapat ditahan. Saat ini, kapasitas tes di Jerman sekitar 1,2 juta per pekan, sedankan jumlah tes yang dilakukan sekitar 800.000. Tingkat positif atau jumlah tes yang positif dalam keseluruhan test di bawah satu persen. Ini jauh di bawah angka yang ditetapkan WHO sebagai standar.

Selain itu, amat penting keputusan untuk kepentingan nasional yang diambil dengan sangat ketat berdasarkan sains dan bersama-sama seluruh negara bagian, sehingga tercapai komunikasi terbuka dan menyeluruh di masyarakat.

Bagaimana sikap masyarakat dalam dalam menjalankan protokol kesehatan?

Mayoritas di Jerman ikut serta dalam ketentuan dari pemerintah dan menjalankan sesuai dengan protokol kesehatan. Hal ini termasuk penggunaan masker di supermarket atau menjaga jarak di tempat umum. Tetapi tentu saja, ada orang di Jerman yang menganggap ketentuan untuk mengurangi penyebaran infeksi, seperti penggunaan masker atau penghentian acara-acara dalam skala besar dan semua ini sebagai hoax. Maka dari itu, terjadilah demonstrasi pada dua pekan lalu di Ibu Kota Berlin. Mereka memprotes ketentuan tersebut dengan cara yang tidak bertanggung jawab dan agresif. Tetapi ini semua termasuk dalam demokrasi dan untungnya dilakukan hanya oleh kelompok yang sangat kecil.

Tingkat kematian cukup rendah (sekitar 4 persen). Bagaimana bisa menekan demikian? Apa obatnya?

Faktor terpenting, Jerman banyak sekali menjalankan tes untuk mendapat gambaran situasi yang sangat tepat dan rantai infeksi dapat diputuskan di awal. Sistem kesehatan tidak dibebani, sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada penyakit-penyakit yang berat. Selain itu juga, sudah dimulai dari sangat awal setelah terjadinya pandemi untuk menyediakan kapasitas yang besar untuk pasien Covid di rumah sakit-rumah sakit. Untungnya, tidak begitu dibutuhkan, seperti yang diperkirakan, sehingga kami dapat menyediakan tempat ruang intensif untuk banyak pasien dari negara tetangga Eropa lainnya, seperti Prancis atau Italia.

Jerman cukup sigap mereaksi korona sejak awal. Apa yang dilakukan pemerintah pada awal-awal ditemukannya orang terinfeksi virus korona sekitar Januari 2020?

Memang kita harus bilang secara fair, Jerman tidak termasuk dalam negara yang terdampak pandemi dari awal. Negara yang terdampak dari awal dengan sangat berat adalah Tiongkok, Korea Selatan, atau Italia. Kami dapat belajar dari pengetahuan itu. Hal ini membuat Jerman dapat menemukan metode yang konsisten dan sukses dalam pengelolaan krisis ini.

Lalu bagaimana tentang riset vaksin? Sampai di mana tahap-tahapnya?

Perusahaan Jerman dan Eropa ikut serta secara aktif pengembangan "Vaksin-Korona" di seluruh dunia dan termasuk sebagai salah satu kandidat yang segera mempunyai kesuksesan dalam hal ini. Salah satu perusahaan Jerman, BioNTech, bersama-sama perusahaan besar di bidang farmasi Amerika mengembangkan "Vaksin-Korona". Saat ini, mereka berada di fase klinis ke-3, sehingga apabila sukses, untuk mendapatkan izin tidak akan lama lagi. Tetapi, kecepatan bukan berarti segalanya. Yang juga sangat penting untuk mengetes vaksin ini secara menyeluruh, harus berguna, dan tidak berbahaya. Kami sangat mementingkan aspek tersebut.

Bagaimana Jerman menanggung perekonomian rakyat salama pandemi, sehingga tidak terjadi kekalutan di antara warga. Apa skema yang diterapkan pemerintah Jerman?

Jerman hingga sekarang telah berinvestasi sangat banyak uang dalam krisis korona dan telah menyiapkan berbagai jumlah tunjangan. Untuk menyebutkan beberapa contoh, di awal krisis telah diputuskan dan diberikan uang tunjangan untuk pekerja yang dikurangi jam kerjanya (Kurzarbeitergeld). Pada waktu shutdown, sebagian biaya pekerja dibayar negara. Sebab pada kurun waktu tersebut dibutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit di perusahaan. Setelah itu, Jerman memberi bantuan tambahan, tunjangan sampai 150.000 euro per perusahaan. Untuk meningkatkan kemampuan belanja masyarakat PPN dikurangi 3 persen sampai akhir tahun. Lainnya adalah kredit cepat, penjaminan dan kemudahan pajak. Kemudian, terdapat ketentuan di tingkat Uni Eropa. Maka, diputuskan paket bantuan korona untuk pemulihan ekonomi, terutama anggota yang sangat terdampak sebesar 750 miliar euro. Intinya, menyiapkan tunjangan dan pemberian kredit untuk pembangungan kembali di semua anggota UE.

Tolong digambarkan kondisi perekonomian rakyat sekarang?

Sebagai negara eksportir, Jerman termasuk terdampak karena Shutdown global pandemi. Pada kuartal ke-2, ekonomi Jerman terdampak 10 persen dari kuartal sebelumnya. Sampai kini belum pernah terjadi dampak sebesar itu di Jerman. Sebab pada awal pandemi, kuartal ke-1, juga sudah tercatat minus, maka Jerman, seperti semua negara lainnya, masuk secara resmi dalam resesi. Pertumbuhan ekonomi diprediksi tumbuh 3 persen pada kuartal ke-3. Dengan ini, diharapkan terjadi pemulihan ekonomi dengan cepat. Tetapi, Jerman juga hanya dapat pulih cepat, apabila rekan perdagangan dunia juga pulih. Sebab perdagangan internasional merupakan model ekonomi Jerman. Tetapi, masyarakat tidak pesimistis. Melalui banyak bantuan tunjangan, masyarakat Jerman tetap mempunyai perspektif ekonomi yang cukup baik.

Yang Mulia tentu selama Covid berada di Indonesia. Bagaimana secara umum, Yang Mulia menilai cara pemerintah Indonesia menangani pandemi? Apa yang kurang?

Pengelolaan krisis untuk negara seperti Indonesia dengan jumlah penduduk hampir 270 juta, dan terdapat di beberapa ribu kepulauan sangat berat. Presiden Jokowi dan pemerintah pusat berusaha untuk mengimbangkan perlindungan kesehatan dan tetap berjalannya ekonomi serta kehidupan umum. Itu tidak mudah. PSBB di Jakarta juga akan dimulai kembali. Hal ini tentunya sangat membuat frustrasi. Tetapi, dari segi politik luar negeri, perdagangan sangat diakui. Menteri Luar Negeri menekankan yang sama untuk kepentingan akses vaksin bagi semua dan multilateralisme yang kuat.

Bagaimana mestinya langkah yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia sejak awal hingga sekarang?

Saya pikir, tes yang luas dan masif di Jerman mempunyai dampak yang sangat positif. Angka terbaru menyatakan, Jakarta saat ini telah mencapai kira-kira 50.000 tes per pekan, melewati standar WHO. Tetapi, daerah lainnya tidak dilakukan tes secara cukup. Indonesia telah melakukan tes sekitar 1,5 juta orang dari 270 juta orang. Dari pengalaman kami di Jerman, melakukan tes secara strategis dan tepat akan dapat lebih cepat mengetahui klaster dan dapat menekannya. Kami melakukan tes sebanyak 800.000 orang per pekan. Perbaikan di bagian ini akan berdampak positif terhadap penekanan pandemi di Indonesia.

Bagaimana Yang Mulia menilai sikap masyarakat Indonesia menjalankan protokol kesehatan?

Saya tentunya tidak dapat menilai ini secara menyeluruh, melainkan hanya dapat memberitahukan dari apa yang telah saya lihat di kota atau yang diberitakan media-media. Tentunya di sini memerlukan perbaikan. Tetapi kita juga melihat, tidak mudah untuk dapat mengikuti protokol kesehatan dengan sangat ketat di banyak situasi perumahan di kota dan perdesaan-perdesaan karena penduduk pada dasarnya tinggal lebih dekat satu sama lain (padat) dibanding kota besar menengah di Eropa.

Adakah kerja sama Indonesia-Jerman menangani Covid-19? Beberapa waktu lalu telah disiapkan bantuan untuk Indonesia guna menangani Covid-19. Bagaimana akhirnya?

Jerman bersama-sama UE memberikan bantuan untuk ASEAN melalui "Team Europe" sekitar 800 juta euro. Ini untuk diinvestasikan pada kebijakan bersama demi penguatan sistem kesehatan negara-negara kawasan ini. Indonesia termasuk dalam salah satu negara ini. Selain itu, terdapat perjanjian bilateral, di mana kami memberikan bantuan kepada Indonesia. Utamanya, tentu saja di bidang kesehatan. Kami memberikan paket bantuan sebesar 517 juta dalam kredit jangka panjang, di antaranya, untuk pembangunan dan modernisasi dua rumah sakit. Sebagian dari uang tersebut diberikan melalui program-program dari Asian Development Bank, seperti program bantuan cepat korona (Coronasofort-Hilfe Program). Kami juga membantu bidang budaya tunjangan finansial kepada proyek-proyek mengenai korona, dari ketiga rekan kami dari bidang budaya.

Bagaimana Yang Mulia melihat kerja sama Indonesia-Jerman selama ini? Bidang-bidang apa saja yang menonjol?

Jerman dan Indonesia mempunyai kerja sama yang erat. Kita dihubungkan dengan banyak nilai-nilai yang sama, seperti demokrasi dan multilateralisme. Kita juga mewakili hal tersebut di berbagai forum internasional seperti di Dewan Keamanan PBB atau G20. Posisi yang dipunyai Jerman di UE berfungsi sebagai motor- bersama Prancis membagi berbagi peran - sama seperti Indonesia di Asean. Kami tentunya sangat mengharapkan untuk bersama-sama membentuk kekuatan ini. Jerman telah mempublikasikan konsep politik untuk wilayah Indo-Pasifik dan telah menekankan, Jerman siap mendapat peranan lebih di berbagai bidang politik dari soal politik keamanan hingga perlindungan iklim.

Adakah skema kerja sama kedua negara di masa depan yang menjadi prioritas?

Hak konstitusional di Jerman merupakan fundamen negara kami. Di Pasal 1 Undang-Undang Dasar kami, yang disebut Grundgesetzes berbunyi, "Die Würde des Menschen ist unantastbar" (martabat seseorang tidak dapat disentuh). Setiap keputusan mengacu prinsip dasar ini. Setiap instansi negara terikat oleh prinsip ini. Pemilihan secara bebas, pemisahan kekuasaan, hukum independen atau kebebasan pers adalah fundamental yang dalam perspektif Jerman mempunyai akar dari prinsip mengenai martabat (asasi) seseorang. Dengan ini, Jerman juga menitikberatkan perjuangan untuk hak asasi manusia - baik melalui berbagai dewan di organisasi internasional atau dukungan di bidang pendidikan. Ini terutama pada masa pandemi semakin penting. Apalagi saat ini terdapat bahaya sangat besar, di mana pemerintahan otoriter di dunia ini ingin mengembangkan kekuatannya dengan menggunakan alasan melawan virus. Mereka mengambil kekuatan dari orang-orang di negara-negara tersebut. Dalam segi ini, kami juga bersama-sama Indonesia mewakili di dunia berjuang untuk hak asasi manusia, kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.

Sebagai jangkar Eropa, bagaimana peran Jerman di Uni Eropa? Bagaimana gambaran masa depan Eropa tanpa Inggris?

Seperti telah dikatakan di atas, Jerman bersama-sama Prancis mempunyai peranan tradisional "Motor Europas". Walaupun negara-negara anggota lainnya mempunyai hak yang sama, kami sebagai negara dengan penduduk terbanyak di Eropa dan secara geografis terdapat di tengah-tengah Eropa, tentu mempunyai tanggung jawab tersendiri. Terutama kami sebagai UE harus bersama-sama maju dan keluar dari krisis ini. Dan krisis yang terjadi di EU beberapa tahun terakhir tidak sedikit. Ini mulai dari krisis keuangan, mata uang, atau migrasi. Kini ada pandemi, krisis terbesar, yang harus dilewati semua UE. Saat ini, kami berada di posisi kepemimpinan dewan UE berusaha dengan keras untuk menyatukan negara anggota untuk bersama-sama berjuang dan memenangkan pertemuran melawan pandemi ini.

Inggris tentunya merupakan anggota yang sangat penting di UE dan tentunya sangat penting untuk Jerman juga. Sebab banyak cara pemikiran yang menghubungkan kami. Kami mempunyai banyak pendapat yang sama di berbagai tema UE. Kami sangat menyayangkan terjadinya Brexit. Tetapi kami sekarang harus dapat mengatasi semuanya tanpa dia. Sampai saat ini hal tersebut tidak terlalu melemahkan UE seperti dikhawatirkan di awal. Selain itu, kami juga harus tetap mempertahankan hubungan dengan teman Inggris dalam bentuk tertentu. Bagi kami, UE dan Inggris sangat penting untuk mencapai kerja sama dalam bentuk lain yang baru.

G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top