Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, Tinia Budiati, tentang Minat Baca Anak Jakarta

Dua Juta Buku Belum Cukup untuk Jakarta

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sebagai Ibu Kota negara, Jakarta didatangi beragam suku bangsa, adat istiadat dan bahasa. Dari pelosok negeri, mereka beramai-ramai mencari peruntungan di Ibu Kota.

Hal ini, menjadi pekerjaan rumah tak mudah bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Terutama dalam menyiapkan kualitas hidup warganya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun gencar membangun ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di beberapa wilayah. Setiap RPTRA dilengkapi dengan perpustakaan untuk meningkatkan minat baca warga ibukota.

Untuk mengetahui hal ini, reporter Koran Jakarta, Peri Irawan mewawancarai Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, Tinia Budiati, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Sebenarnya, bagaimana tingkat minat baca warga Jakarta?

Minat baca warga Jakarta masih kecil itu salah, silahkan survei ke RPTRA. Satu hari itu bisa 500 lebih anak yang membaca di perpustakaan kami. Karena mereka tidak terbatas jam sekolah.

Bagaimana rencana Anda untuk meningkatkan minat baca warga?

Strategi kita adalah mendekatkan buku kepada masyarakat. Menghadirkan buku di tengah-tengah masyarakat. Kalau dulu, mungkin mereka yang datang ke sini. Sekarang tidak. Buku itu harus turun ke masyarakat. Bagaimana caranya menyediakan buku dengan mudah ke masyarakat. Memang, kita ada keterbatasan dengan buku cetak. Tapi, kita tidak semuanya mengandalkan perpustakaan dan titik layanan.

Berapa titik layanan yang diberikan untuk warga?

Kita memang membuka titik layanan sebanyak-banyaknya seperti RPTRA. Jumlahnya mencapai 188, perpustakaan RPTRA itu kami kelola. Tapi, kita bukan mengelola RPTRA - nya, hanya perpustakaannya. Dan itu, fasilitas yang paling ramai di perpustakaan. Hanya jadi unit pendukung saja. Memang kita mendukung program Pemerintah yang menugaskan agar RPTRA dilengkapi perpustakaan.

Bagaimana caranya?

Kita juga ada perpustakaan keliling, memberikan paket-paket buku ke taman bacaan masyarakat. Jadi, ada paud yang dilengkapi perpustakaan di dalamnya atau perpustakaan yang dibangun masyarakat. Ada lagi, tempat publik lainnya, seperti lapas, puskesmas, kelurahan dan kecamatan. Semakin banyak titik layanan, akan semakin baik akses masyarakat membaca buku. Kedua, untuk menutupi mereka yang nggak sempat, kita siapkan digital library, i-Jakarta. Itu hanya melengkapi.

Anda yakin bisa meningkatkan minat baca warga?

Semakin banyak layanan ini, semakin bagus dalam memberikan kesempatan membaca bagi masyarakat. Selama ini, kesempatan untuk mendapat layanan membaca itu yang sulit, bukan minat baca yang minim. Selama ini, buku harus pinjam. Dengan adanya i-Jakarta tinggal unduh saja, ada 14 ribu judul. Ada 190 ribu copy.

Perpustakaan keliling ada 30 unit di lima wilayah, tapi masih kurang. Karena kami menargetkan setiap kecamatan punya satu perpustakaan keliling. Kalau di pulau seribu ada gerobak perpustakaan. Itu swadaya masyarakat.

Berapa koleksi buku yang Anda kelola?

Yang di bawah dinas, ada sekitar 2 juta lebih koleksi buku. Ini masih kecil dibanding titik layanan. Itu diluar sekolah. Tapi ada beberapa sekolah juga yang bekerja sama dengan kita. Dua juta ini masih belum apa-apa dibanding dengan jumlah penduduk Jakarta, 9 juta lebih.

Program apa digenjot tahun ini?

Yang jelas, kita akan menggalakan perpustakaan di RPTRA dan rusun. Kita harus menuntaskan itu. Bahwa semua rusun harus ada perpustakaan yang diatur dalam Pegub. Kita bertanggung jawab untuk itu. Dari 153 rusun, setiap unit memiliki desain berbeda-beda. Yang sudab ada, mereka hanya memberikan ruang bergabung dengan paud atau pkk. Di Tambora, pesakih, jatinegara, banyak dah. P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top