![DPR Ragukan Swasembada Jagung Kementan](https://koran-jakarta.com/images/article/phplagess_resized.jpg)
DPR Ragukan Swasembada Jagung Kementan
![DPR Ragukan Swasembada Jagung Kementan](https://koran-jakarta.com/images/article/phplagess_resized.jpg)
Untuk diketahui, di tahun 2015 nilai impor dari 7,41 juta gandum yang masuk Indonesia sebesar US$2,08 miliar. Untuk tahun yang sama, nilai impor sebanyak 3,27 juta ton jagung hanya US$696,65 juta. Artinya, harga gandum bisa lebih mahal dua kali lipat dibandingkan gandum.
"Harganya lebih mahal gandum. Untuk pakan, memang lebih bagus jagung," ujarnya lagi.
Kebergantungan membuat pakan ternak dari jagung masih berlangsung sampai kini. Ini terlihat dari masih derasnya impor gandum di 2018. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum dari Januari-Juni 2018 sudah mencapai 4,53 juta ton. Nilainya sendiri menyentuh US$1,13 miliar.
Mahalnya harga gandum ini pula, menurut Dwi Andreas, yang membuat harga pakan tidak terkendali di sepanjang tahun ini. Yang pada akhirnya membuat harga daging ayam dan telur pun melaju kencang.
"Pakan itu tahun 2018 ini sudah naik 3 kali. Satu tahun sudah naik tiga kali sampai Agustus kemarin. Bisa dibayangkan, kalau pakan naik, bagaimana harga daging ayam sama telur nggak naik. Nggak mungkin. Orang marginnya rendah mereka," tandasnya. ant
Komentar
()Muat lainnya