Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dolar AS Masih Kuat di Asia Setelah Sempat Jatuh karena Data Inflasi

Foto : ANTARA/Dhemas Reviyanto

Ilustrasi - Menghitung uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Dolar AS mengambil nafas di sesi Asia pada Jumat (14/10) pagi, setelah sesi semalam yang bergejolak karena data inflasi AS yang panas mengindikasikan kenaikan suku bunga yang lebih agresif, sementara para pedagang khawatir tentang intervensi ketika yen berkubang di dekat level terendah tiga dekade.

Indeks dolar sedikit berubah setelah jatuh 0,5 persen di sesi sebelumnya karena investor mencerna data yang menunjukkan harga konsumen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada September.

Penurunan sementara dolar sebagian didorong oleh pemulihan tajam di saham-saham Wall Street, kata ahli strategi Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.

Indeks Wall Street membuat pemulihan dramatis, ditutup naik tajam setelah aksi jual sebelumnya pada Kamis (13/10) karena investor bergegas kembali ke taruhan yang lebih berisiko.

Namun, suasana investasi tetap hati-hati, yang kemungkinan akan terus mendukung dolar.

"Saya ragu dolar yang lebih lemah akan bertahan ... dolar adalah mata uangsafe-havensaat ini," kata Kong.

Fokus sekarang bergeser ke pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan depan di mana diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps).

Dolar diperdagangkan pada 147,43 terhadap yen, tidak jauh dari puncak 32 tahun di 147.665 yang dicapai pada sesi sebelumnya.

Investor tetap waspada terhadap intervensi dari pemerintah untuk menopang mata uang yang rapuh. Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menegaskan kembali kesiapan pemerintah untuk mengambil "tindakan yang tepat" terhadap volatilitas mata uang yang berlebihan.

Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur.

Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Bank of Australia, mengatakan intervensi apa pun dari sini adalah tentang kecepatan depresiasi daripada tingkat tertentu.

Sementara itu, sterling terakhir diperdagangkan pada 1,1309 dolar, turun 0,18 persen hari ini, membalikkan kenaikan tajam sebelumnya terhadap dolar menyusul laporan kemungkinan pemerintah Inggris berbalik arah pada rencana fiskalnya.

Dolar Australia naik 0,22 persen versusgreenbackdi 0,631 dolar AS, turun dari level terendah dua setengah tahun yang disentuh di sesi sebelumnya.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top