Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Dokter: Budaya PSN Perlu Ditumbuhkan untuk Tekan Demam Berdarah

Foto : ANTARA/Sulthony Hasanuddin

Ilustrasi: Petugas kesehatan menyiapkan obat untuk pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD Tamansari, Jakarta, Kamis (18/4).

A   A   A   Pengaturan Font

Dokter: Budaya PSN perlu ditumbuhkan guna tekan kasus demam berdarah

JAKARTA - Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Asik Surya mengatakan untuk menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) diperlukan kepemimpinan yang baik serta bertanggungjawab guna menumbuhkan budaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di level rumah tangga.

Dalam "Tanda Bahaya DBD. Kenali Sebelum Terlambat!" yang disiarkan Kemenkes di Jakarta, Kamis, Asik mengatakan karena upaya pemberantasan nyamuk adalah hal yang perlu dibudayakan, maka perlu perhatian serta kolaborasi bersama, tak hanya dari Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan saja.

"Dan itu memerlukan kepemimpinan. Jadi kepemimpinan itu dalam arti bahwa nantinya itu masing-masing kepala daerah, misalkan bupati, wali kota, sampai kepada camat bahkan lurah, itu harus bersama-sama, bahkan kepemimpinan di dalam rumah tangga," ujarnya.

Dengan adanya kepemimpinan yang dapat menumbuhkan budaya tersebut, kata dia, maka upaya PSN menjadi lebih efektif dan efisien. Asik menuturkan kolaborasi semua pihak diperlukan karena pemerintah tidak mungkin mengintervensi di level rumah tangga, kecuali penghuninya sendiri yang mau melakukan gerakan tersebut.

Apabila dilakukan secara terorganisir dan konsisten, kata dia, maka dampaknya akan sangat signifikan.

Dia menjelaskan Gerakan PSNdengan 3M meliputi menutup kontainer-kontainer yang ada, membuang isi ember-ember yang penuh, serta mendaur ulang atau mengubur barang-barang tak bermanfaat.

Dia mencontohkan dengan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, maka akan ada yang bertanggung jawab untuk memonitor status jentik nyamuk di bangunan yang menjadi tanggung jawabnya, misalnya rumah, kantor, dan tempat ibadah.

Asik menambahkan kader yang bertanggung jawab memonitor, kemudian mengevaluasi hasilnya. Apabila ditemukan ada rumah yang tidak bersih dari jentik nyamuk, kata dia, maka para kader mengajarkan mereka cara-caranya.

"Dari 100 rumah yang saya pantau itu ada berapa? Kalau masih ada 10 berarti belum lolos. Dan 10 berarti kan 90 persen. Yang dibolehkan kita harus bisa lebih dari 95 persen. Artinya dari 100 itu paling tidak ada 90 rumah itu bersih,nggakketemu jentiknya," kata Asik.


Redaktur : -
Penulis : Antara, Alfred

Komentar

Komentar
()

Top