Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Operasi Pasar

Distributor Ubah Beras Medium Jadi Premium

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perum Badan Urusan Logisik (Bulog) menginstruksikan Divre dan subdrive Bulog di daerah agar lebih masif melaksanakan gerakan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) beras medium. Hal itu untuk mengatasi tren kenaikan harga beras medium dalam beberapa waktu terakhir.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyebutkan Drive dan subdrive Bulog diperintahkan untuk memetakan preferensi konsumen terhadap beras di berbagai daerah, koordinasi intensif dengan Pemerintah Daerah, memperluas jaringan dan titik operasi pasar, serta menggandeng Satgas Pangan Polri untuk melakukan pengawasan dan meminimalisir penyimpangan. "Stok kami (Bulog) masih sangat cukup untuk menggelontor pasar agar menahan laju kenaikan harga beras di pasar,"ungkap pria yang biasa dipanggil Buwas itu saat mengecek pasokan dan harga beras ke Pasar Kramat Jati dan Pasar Cipinang, Jakarta, Kamis (8/11).

Realisasi KPSH sampai dengan tanggal 6 November 2018 sebesar 402.628 ton, dengan rata-rata realisasi antara 3.000-3.500 ton per hari, dan mengalami tren kenaikan sejak bulan Oktober 2018. Di Jakarta, realisasi KPSH sebesar 46.321 ton.

Pantauan harga beras di berbagai daerah yang dilakukan oleh Bulog setiap minggu menunjukkan bahwa harga beras medium di beberapa daerah mengalami tren kenaikan, termasuk di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Pada akhir tahun harga beras memiliki tren kenaikan seiring dengan berkurangnya panen dan pasokan ke pasar.

Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi menjelaskan, stok beras di PIBC cukup. Saat ini ketersediaan beras premium di PIBC mencapai lebih dari 80 persen, sedangkan beras medium di bawah 15 persen.

Arief mengakui ada pergerakan harga untuk beras jenis medium. Kondisi ini sudah diantasi oleh pemerintah melalui Bulog melalui Operasi Pasar untuk menjaga laju inflasi. "Dalam hal ini beras sebenarnya cukup. Kalau di Jakarta saya harus sampaikan cukup, pasokan masih normal,"katanya.

Menurut Arief ketersediaan beras medium menurun karena ada kecenderungan di ubah menjadi beras premium. "Artinya kalau panennya segitu kemudian mereka prefer ke premium, karena margin-nya lebih tinggi. Ini adalah mekanisme ekuilibrium baru, ini fenomena yang terjadi. Jadi bukan masalah produksi," sambung Arief.

Selama ini yang disebut sebagai beras Premium itu dengan spesifikasi 5 persen broken. Sedangkan di pasar sekarang, yang disebut premium itu 15 persen broken dan jumlahnya sangat banyak (dibanding medium). "Kalau saya melihatnya ini lebih baik. Jadi orang ngambilnya berasnya yang lebih baik. Nggak mau lagi beras medium," katanya.

Mengenai anomali harga beras medium yang naik saat pasokan beras mencukupi, Ketua Satgas Pangan Pusat Irjen Setyo Wasisto menyebutkan bahwa ada yang merubah spesifikasi (beras) dari medium menjadi premium. "Kita akan lakukan cek di lapangan dan melakukan uji laboratorium juga atas kualitas beras yang ada di lapangan,"tegasnya. ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top