Diminati Pasar Global, Sumsel Siapkan Empat Daerah Budidayakan Tanaman Porang
Petani memanen umbi porang (Amorphophallus muelleri Blume) di Desa Padas, Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (10/8/2021).
Foto: ANTARA/SiswowidodoPalembang - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyiapkan empat kabupaten/kota untuk mendorong petani setempat membudidayakan tamanan porang yang saat ini sangat diminati pasar global.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru di Palembang, Sabtu, mengatakan budidaya tanaman umbi-umbian ini akan dilakukan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir, Muara Enim, dan Prabumulih.
"Saat ini sudah banyak petani yang mau menanam porang karena memang prospeknya sangat baik ke depan," kata Herman Deru.
Pemprov telah menjadikan Kabupaten Banyuasin yang selama ini dikenal sebagai sentra padi tersebut untuk proyek percontohan pertanian umbi porang.
"Target besarnya Banyuasin dapat jadi sentra tanaman porang di Indonesia. Apalagi jika dilihat, sejauh ini budidaya porang sangat menjanjikan," kata dia.
Porang dapat diolah menjadi panganan pengganti beras, yakni bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, dan bahan untuk pembuatan lem atau jelly karena mbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung.
Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan, dan sebagai emulsifier atau pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang.
Ketua Asosiasi Petani Porang Sumsel Rabik mengatakan Sumsel memiliki peluang yang besar untuk pertanian porang karena sementara ini hanya memanfaatkan 100 hektare (Ha) dengan jumlah petani sekitar 35 orang.
"Harga jual porang Rp6.000 per Kg, sementara modal diperkirakan hanya Rp2.000 per Kg. Dengan selisih harga ini maka berpotensi menambah pendapatan petani," kata dia.
Kabid Pengelolaan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumatera Selatan (Sumsel) Rudi Arpian mengatakan petani karet dapat memanfaatkan tanaman ini disela-sela tanamannya karena harga umbi porang terbilang mahal meski dapat dipanen setelah dua tahun.
"Proses penanaman porang ini tidak sulit, tidak membutuhkan biaya yang tinggi dan lahan yang luas, berbeda dengan sawit, karet dan buah kelapa," kata dia.
Sejauh ini Sumsel baru sebatas mengirimkan porang ke Jawa, padahal Indonesia sudah mengekspor ke 22 negara. Tanaman porang sedang digandrungi masyarakat global khususnya Asia Pasifik dan Eropa dan bernilai ekonomi tinggi.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 2 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
- 3 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
- 4 Kasad Hadiri Penutupan Lomba Tembak AARM Ke-32 di Filipina
- 5 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
Berita Terkini
- Banyak Sekali, 9.482 Warga Terdampak Banjir Pidie Jaya
- Band Asal Yogyakarta Sheila on 7 Tampilkan Sisi Emosional Lewat “Memori Baik”
- Gelombang Dingin Mengancam, Tiongkok Keluarkan Peringatan Kuning untuk Badai Salju
- Digitalisasi Bisa Perkuat Daya Saing Koperasi
- Pemerintah Kantongi Investasi Tangguh USD7 Miliar