Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 25 Nov 2024, 06:15 WIB

Di Tanimbar Manusia Purba Memiliki Kemampuan Seberangi Lautan

Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra

Di Asia tenggara, bukti baru menunjukkan penggunaan perahu yang memungkinkan pelaut purba untuk menjajah sebagian dari lebih dari 13.000 pulau yang membentuk Indonesia modern. Salah satunya adalah Kepulauan Tanimbar yang terpencil.

Kepulauan Tanimbar merupakan kumpulan pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Beberapa pulau besar diantaranya Pulau Yamdena, Pulau Larat, Pulau Selaru, Pulau Sera, Pulau Wuliaru, Nitu, Wetar, Labobar, Molu, Maru dan Fordata. Pulau Yamdena merupakan pulau terbesar dengan luas 3.333 kilometer persegi yang membentang dari utara hingga selatan.

“Pertanyaan tentang bagaimana nenek moyang kita tiba di sana dari Asia tenggara adalah salah satu yang paling menarik dalam migrasi prasejarah, terutama karena jarak yang sangat jauh dan keterampilan pelayaran canggih yang diperlukan,” ujar Hendri Kaharudin, kandidat PhD di Australian National University (ANU), dikutip dari laman The Debrief.

“Penemuan ini menandai salah satu situs paling awal yang diketahui di rute selatan, menjadikannya bagian penting dari teka-teki,” imbuh Kaharudin, penulis utama studi yang menguraikan teknologi maritim canggih yang digunakan oleh para pelaut awal ini yang membantu mereka mencapai Pulau Tanimbar di Elivavan yang berada di Desa Romean, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Meskipun para ilmuwan sering berteori tentang kedatangan pertama migran manusia di Indonesia dari Asia tenggara, tidak ada teori konkret yang diterima secara universal. Menurut penelitian tim yang dipublikasikan di Quaternary Science Reviews, penemuan terbaru yang dilakukan di Elivavan, Pulau Tanimbar, Indonesia, mengungkapkan bahwa orang pertama kali tiba di sana sekitar 42.000 tahun yang lalu.

“Bersama dengan pecahan tembikar kecil, kami juga menemukan bukti benda-benda seperti tulang, kerang, dan bulu babi yang menunjukkan peran pulau itu sebagai pusat kegiatan maritim awal,” kata Kaharudin.

Untuk mencapai lokasi terpencil ini, para pelaut kuno harus melintasi jarak yang sangat jauh di atas lautan yang berbahaya. Kaharudin mengatakan para pelaut kuno ini harus melintasi perairan sejauh lebih dari 100 kilometer, terlepas dari arah perjalanan mereka.

Menurut siaran pers yang mengumumkan temuan baru tersebut, sifat berisiko dari penyeberangan laut menunjukkan bahwa para penjelajah telah mengembangkan teknologi maritim canggih sekitar 42.000 tahun yang lalu.

The Debrief sebelumnya melaporkan penemuan yang menunjukkan bahwa pelaut Zaman Batu dari 7.000 tahun yang lalu menggunakan beberapa teknik bahari canggih untuk berlayar jarak jauh. Namun, penelitian ini adalah yang pertama mengidentifikasi teknik canggih serupa dari puluhan ribu tahun sebelumnya.

Rute Selatan

Jika penemuan yang dilakukan di Elivavan pada akhirnya mengkonfirmasi bahwa rute pertama ke Indonesia yang diambil oleh para pelaut kuno lebih dari 42.000 tahun yang lalu adalah rute selatan, hal itu akan memecahkan perdebatan lama antara para ilmuwan tentang rute mana yang diambil oleh para penjajah asli ini untuk sampai ke sana.

“Ada dua rute utama yang telah dieksplorasi sebagai kemungkinan sejak pertengahan abad ke-20, jalur utara melalui pulau-pulau seperti Sulawesi, dan jalur selatan yang melewati dekat Timor dan Kepulauan Tanimbar,” jelas Kaharudin dalam laporannya.

Kata peneliti, lokasi khusus ini, yang terletak di sepanjang rute selatan, amat penting karena Tanimbar terletak tepat di luar paparan Sahul, yang meliputi Australia modern, serta Nugini. Untuk melakukan penyeberangan yang berbahaya tersebut, para peneliti percaya bahwa manusia pelaut purba ini kemungkinan besar berpindah-pindah di sepanjang pantai, berpindah dari satu pulau ke pulau lain saat mereka perlahan menyebar.

Strategi ini berkembang seiring waktu, para peneliti mencatat, yang berarti bahwa kolonisasi bukanlah peristiwa tunggal tetapi, proses bertahap yang melibatkan gelombang populasi pelaut yang berurutan.

“Masyarakat pesisir kemungkinan besar menjelajahi garis pantai, memanfaatkan sumber daya laut, dan membangun permukiman yang tangguh di sepanjang perjalanan mereka,” jelas Kaharudin. “Strategi berpindah-pindah pulau ini memfasilitasi pertukaran dan adaptasi budaya, membentuk masyarakat yang beragam di seluruh daratan,” imbuh dia.

Meskipun penemuan hunian manusia di Elivavan, Kepulauan Tanimbar lebih dari 42.000 tahun yang lalu merupakan hal yang penting, para peneliti di balik penemuan tersebut mencatat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Ini termasuk mengamati lebih dekat area tempat penemuan ini dilakukan untuk melukiskan gambaran yang lebih lengkap tentang manusia pelaut awal ini. Bahkan, menurut Kaharudin, eksplorasi lokasi terpencil inilah yang dapat menjawab misteri migrasi manusia purba.  hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.