Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Detektif Pangan Dibentuk untuk Awasi Jajanan di Sekolah

Foto : ANTARA/Muhammad Adimaja

Siswi SD membeli jajanan di Jakarta, Selasa (11/4/2017). Menjelang "Hari Bawa Bekal Nasional" yang jatuh pada tanggal 12 April, anak-anak perlu dibiasakan untuk membawa bekal makanan sehat dari rumah sehingga tidak jajan makanan yang dinilai kurang sehat.

A   A   A   Pengaturan Font

Untuk mencegah jatuh korban siswa karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat, detektif pangan dibentuk untuk awasi jajanan di sekolah.

Semarang - Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang membentuk detektif pangan yang beranggotakan kalangan siswa sekolah untuk mengawasi peredaran makanan dan jajanan di lingkungan sekolah.

"Kami rekrut beberapa siswa SD (sekolah dasar) kelas IV, V, dan VI menjadi detektif pangan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Semarang Bambang Pramusinto di Semarang, Minggu (5/2).

Menurut dia, keberadaan detektif pangan itu dimaksudkan untuk mengefektifkan pengawasan peredaran makanan yang ada di lingkungan sekolah, seperti kantin hingga sekitar sekolah.

"Detektif pangan kami bekaliteori-teori, seperti pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Mereka bertugasmengedukasi kawan-kawannya," kata dia.

Detektif pangan akan mengajak siswa lainnya untuk membawa bekal makanan sesuai "Isi Piringku" yang dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan, yakni 50 persen berisi buah dan sayur, sementara 50 persen lainnya adalah karbohidrat dan protein.

"Harapannya, tidak ada lagi yang membawa bekal seperti nasi dikasih lauk mi instan, atau nasi dan telur saja, tanpa sayur. Harus lengkap sesuai dengan 'Isi Piringku'," kata Bambang.

Mereka yang direkrut sebagai detektif pangan juga dipilih siswa siswi yang memiliki prestasi atau ranking di kelasnya sehingga diharapkan bisa lebih cakap dan jelas dalam memberikan penjelasan kepada teman-temannya.

Untuk pengawasan, kata dia, detektif pangan ditugasi melakukan pengawasan sementara atas peredaran pangan dan jajanan di sekolah berkomunikasi dan koordinasi dengan guru sekolah.

Jika menemukan jajanan yang mencurigakan, kata dia, mereka akan berkomunikasi dengan guru, selanjutnya guru akan menghubungi Dinas Ketahanan Pangan yang segera meluncur ke lokasi.

Bambang mengatakan para siswa yang menjadi detektif pangan sudah dibekali pengetahuan mengenai makanan yang mencurigakan, seperti melihat warna yang terlalu mencolok dan tanggal kedaluwarsa.

"Kami baru buat (detektif pangan, red.) di SD Sompok (SD Negeri Lamper Kidul 02 Semarang, red.) sebagai model. Praktiknya nanti kami kembangkan di seluruh SD di Kota Semarang," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top