Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Deteksi Dini Penyakit Alzheimer Dapat Dilakukan Melalui Mata

Foto : AFP/MOHD RASFAN

Staf memeriksa Felicia Hu setelah operasi di Klinik Bedah LASIK di Singapura, beberapa waktu lalu. Ilmuwan menemukan mata merupakan jendela kesehatan otak dan mampu menunjukkan tanda awal penyakit alzheimer.

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Para peneliti menemukan mata dapat menjadi pintu masuk bagi kesehatan otak. Dengan menggunakan pemindaian mata non-invasif, para peneliti menghubungkan perubahan pada retina dengan apa yang terjadi pada otak pasien penyakit alzheimer.

Dikutip dari The Straits Times, para penerliti di Singapore Eye Research Institute (SERI), baru-baru ini, menemukan perubahan itu dapat dideteksi pada tahap awal penyakit, ketika pasien menunjukkan tanda-tanda gangguan kognitif ringan.

Dengan mempelajari perbedaan ketebalan saraf dan kepadatan pembuluh darah pada mata, peneliti mampu memprediksi dan mendeteksi tanda-tanda awal penyakit alzheimer, jenis demensia yang paling umum.

Ilmuwan klinisi SERI, Jacqueline Chua, mengatakan mata adalah organ yang terhubung langsung ke otak, dan memiliki kesamaan pada saraf dan pembuluh darahnya. Oleh karena itu, ketika salah satu organ ini sakit, organ lainnya dapat berubah.

"Mata adalah satu-satunya tempat di tubuh di mana kita dapat memvisualisasikan neuron dan pembuluh darah tanpa melukai seseorang," katanya, seraya menambahkan diagnosis standar emas untuk penyakit alzheimer adalah melalui pencitraan otak dan pungsi lumbal.

Sementara penelitian lama yang dilakukan di Cedars Sinai Medical Center di Amerika Serikat, menggunakan sampel mayat dan jaringan dari donor manusia untuk memeriksa biomarker potensial di retina, menghubungkannya dengan indikator penyakit alzheimer yang diketahui, tim SERI mempelajari retina pasien yang masih hidup.

Penelitian di Singapura menggunakan perangkat, seperti tomografi koherensi optik atau optical coherence tomography (OCT) dan angiografi tomografi koherensi optik atau coherence tomography angiography (OCTA), yang menggunakan gelombang cahaya, untuk mengambil gambar penampang retina pasien.

Lapisan Retina

OCT memungkinkan dokter mata melihat lapisan retina yang berbeda, sehingga ia dapat memetakan dan mengukur ketebalannya, sedangkan OCTA mengambil gambar pembuluh darah di dalam dan di bawah retina.

Pada studi pertama, para ilmuwan SERI tidak hanya melihat ketebalan saraf optik, namun mereka juga melihat ketebalan saraf di sekitar wilayah makula.

"Ketika kami menggabungkan keduanya, kami sebenarnya dapat meningkatkan deteksi jauh lebih baik daripada hanya menggunakan satu pendekatan saja," kata Chua, yang juga seorang dokter mata di Singapore National Eye Centre.

Dalam studi kedua, tim menggunakan OCTA untuk mengukur kepadatan pembuluh darah 90 pasien berusia 50 tahun ke atas. Mereka terdiri dari 24 peserta dengan penyakit alzheimer, 37 dengan gangguan kognitif ringan dan 29 kontrol yang tidak mengalami gangguan.

Ditemukan mata peserta penderita alzheimer menunjukkan kepadatan pembuluh darah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol. "Perangkat pencitraan retina ini mengungkap penipisan sel saraf dan juga perubahan mikrovaskuler yang terkait dengan penyakit alzheimer. Dengan pengetahuan ini, dokter dapat melakukan intervensi lebih awal dan menawarkan strategi pencegahan," kata Chua.

Sekitar satu dari 10 orang berusia 60 tahun ke atas di Singapura terkena penyakit alzheimer, yang pengobatannya belum efektif. Dengan meningkatnya angka harapan hidup di Singapura dan pesatnya penuaan populasi, jumlah ini diperkirakan akan meningkat.

Direktur Ilmiah dan Kepala Pencitraan Mata di SERI, Leopold Schmetterer, mengatakan tidak mungkin melakukan pemindaian otak massal untuk memeriksa penyakit alzheimer karena terlalu mahal dan memakan waktu.

"Kami tidak mempunyai cukup mesin di Singapura dan harga mesin ini sangat mahal. Dapatkah Anda membayangkan memasukkan setiap orang yang berusia di atas 60 atau 65 tahun ke dalam mesin MRI untuk melakukan pemindaian MRI selama 30 menit? Itu tidak bisa dilakukan," tambahnya.

"Kami mengetahui dari program skrining retinopati diabetik kami di Singapura bahwa pencitraan mata dapat dilakukan. Ribuan pasien telah menjalani pemeriksaan retinopati diabetik."


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top