Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Desain Unik Sekolah Gurun di India Tawarkan Kesejukan dari Panas Terik

Foto : AFP/Idrees MOHAMMED

Sekolah Unik l Murid sekolah putri Rajkumari Ratnavati bernama Khushboo Kumari bersiap untuk pergi sekolah di Kota Jaisalmer, Rajasthan, India, pada awal Agustus lalu. Karena Jaisalmer merupakan kota gurun, arsitektural sekolah putri tempat Khushboo Kumari belajar dirancang secara unik agar bisa membantu pendinginan alami.

A   A   A   Pengaturan Font

Di tengah teriknya gurun Thar di India dengan suhu tertinggi di musim panas mencapai di atas 50 derajat Celsius, sebuah sekolah dengan rancangan arsitektur memukau ini menjadi oase kesejukan berkat kombinasi teknik kuno dan desain modern.

Sekolah putri Rajkumari Ratnavati menggunakan batu pasir kuning yang sama dengan benteng abad ke-12 di dekat Jaisalmer di Negara Bagian Rajasthan, India barat, yang dijuluki "kota emas" karena warna batunya.

Seperti benteng, sekolah ini memiliki dinding puing-puing tebal yang membantu memantulkan kembali panas, sementara bagian dalamnya dilapisi kapur, bahan berpori yang mengatur kelembapan dan membantu pendinginan alami.

Berbeda dengan benteng kuno, atapnya dilapisi panel surya, yang menyediakan seluruh listrik sekolah di area yang sering terjadi pemadaman listrik.

Suhu di dalam sekolah yang dirancang oleh arsitek Diana Kellogg yang berbasis di AS dan dibangun oleh pengrajin lokal yang banyak di antaranya adalah orang tua murid, bisa 20 persen lebih rendah dibandingkan suhu di luar.

"Saya senang bersekolah," ucap Khushboo Kumari, delapan tahun, salah satu dari 170 siswa dari sekolah putri itu. "Udaranya terasa seperti berasal dari AC," imbuh dia.

Ruang kelas sekolah disusun mengelilingi halaman elips terbuka menyerupai koloseum Romawi, dan dinding dengan kisi-kisi ventilasi menciptakan keteduhan sekaligus memungkinkan aliran udara yang sejuk. Jendela yang ditinggikan memungkinkan udara panas keluar saat naik, sementara air hujan ditampung dari atap datarnya.

Di beberapa tempat, dindingnya dipenuhi lubang-lubang, sebuah teknik yang dikenal dengan istilah jali yang secara tradisional digunakan untuk menjaga kesopanan, melindungi perempuan dari pandangan dalam masyarakat konservatif. Di sekolah ini, jali digunakan untuk meningkatkan ventilasi, menciptakan angin sepoi-sepoi yang disalurkan oleh bentuk bangunan oval.

"Ada ventilasi silang," kata pengawas sekolah Rajinder Singh Bhati, 29 tahun. "Ubin putih di teras memantulkan sinar matahari. Ini benar-benar ramah lingkungan," imbuh dia.

India tahun ini dilanda gelombang panas terlama, menurut pakar cuaca pemerintah. Suhunya bisa melonjak di atas 50 derajat Celsius dan ada peringatan bahwa orang-orang akan menghadapi panas yang semakin menyengat di masa depan.

Manohar Lal, 32 tahun, ayah dari Khushboo, mengatakan para siswa amat menantikan belajar di kelas sekolah ini karena suasananya yang relatif keren.

"Sering terjadi pemadaman listrik di Rajasthan, dan anak-anak harus menderita karena suhu mencapai hampir 50 derajat Celsius di musim panas," kata Lal di luar rumah sederhananya yang terbuat dari lumpur dan batu bata, yang tidak memiliki kipas angin di langit-langit.

"Tetapi tidak ada kekhawatiran seperti itu di sekolah karena didukung oleh energi surya. Lancar dan sejuk, itulah sebabnya anak-anak senang pergi ke sekolah," imbuh dia.

Seperti Surga

Sekolah putri Rajkumari Ratnavati ini didukung oleh CITTA Education Foundation yang berbasis di Amerika Serikat (AS), yang berarti siswa bersekolah secara gratis di negara bagian di mana tingkat melek huruf bagi perempuan adalah sekitar 52 persen saja. Seragam, perlengkapan sekolah, dan makan siang untuk siswa juga disediakan secara cuma-cuma.

"Merupakan suatu hal yang besar bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa biaya, mengingat mereka bahkan tidak mampu membeli makanan dan pakaian yang layak," kata guru bahasa Hindi bernama Priyanka Chhangani, 40 tahun.

Kellogg, sang arsitek, mengatakan menggabungkan tradisi dengan desain modern dan teknik berkelanjutan adalah kuncinya.

"Karena para perajinnya sudah begitu familiar dengan batu tersebut, kami bisa memadukan detail arsitektur tradisional dengan detail warisan adat, sehingga strukturnya terasa asli daerah tersebut," tutur dia. "Sedangkan desain ovalnya terinspirasi oleh simbol kekuatan feminin," imbuh dia.

Meskipun rancangannya berfokus pada mengatasi panas terik, namun juga menghadapi masalah tak terduga yang disebabkan oleh perubahan iklim yaitu banjir. Curah hujan yang tinggi selama musim hujan tahunan biasa terjadi pada bulan Juni hingga September, namun para ahli mengatakan perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahannya.

Meningkatnya curah hujan mulai berdampak pada sekolah, yang dirancang untuk iklim yang lebih kering. Tahun ini, sungai yang sudah lama tidak aktif meluap, menghanyutkan tanah di salah satu sisi sekolah.

Rajan Rawal, seorang profesor di Pusat Perencanaan Lingkungan dan Universitas Teknologi India, mengatakan meningkatnya intensitas hujan berdampak pada bangunan yang dirancang untuk menghadapi cuaca lain.

"Bencana seperti gelombang panas dan banjir berdampak pada stabilitas struktural," kata Rawal. "Hal ini juga mempengaruhi kinerja termal bangunan," imbuh dia.

Namun guru Chhangani mengatakan sekolah tersebut masih mengubah kehidupan para muridnya. "Anak-anak ini bahkan tidak memiliki kipas angin di rumah. Saat mereka datang ke sekolah, rasanya seperti surga bagi mereka," ungkap dia. Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top