Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Unjuk Rasa di Hong Kong I Tiongkok Kecam Pidato Denise Ho di Dewan HAM PBB

Demonstran Ancam Lanjutkan Aksi

Foto : AFP/VIVEK PRAKASH

Ringkus Demonstran l Seorang demonstran diringkus polisi saat terjadi bentrokan di Distrik Mong Kok, Hong Kong, pada Minggu (7/7) malam. Bentrokan terjadi setelah sebelumnya para pengunjuk rasa melakukan aksi protes di luar stasiun kereta cepat West Kowloon.

A   A   A   Pengaturan Font

Demonstran Hong Kong mengancam akan kembali menggelar aksi unjuk rasa, sebagai sikap ketidakpercayaan mereka terhadap pemimpin kota yang pro-Beijing.

HONG KONG - Kelompok aktivis demonstran utama di Hong Kong yang ada dibelakang aksi unjuk rasa yang menentang rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi ke Tiongkok daratan, pada Selasa (9/7) mengancam akan melanjutkan aksi turun ke jalan.

Pernyataan sikap dari kelompok itu disampaikan sebagai tanggapan mereka terhadap penegasan janji pemimpin kota yang pro-Beijing, Carrie Lam, yang menyebut bahwa RUU kontroversial itu telah mati.

"Jika lima tuntutan kami masih belum didengar oleh Carrie Lam dan pemerintahnya, Forum Hak Asasi Manusia akan terus mengadakan aksi protes dan mengumpulkan massa," kata Bonnie Leung, juru bicara kelompok aktivis itu.

Dalam pernyataannya Leung belum mau menjelaskan kapan aksi unjuk rasa lanjutan akan digelar dan mereka berjanji akan membeberkannya pada waktu yang tepat.

Sebelumnya, Lam mengakui bahwa upaya pemerintahnya untuk memberlakukan RUU ekstradisi telah mengalami kegagalan dan menyatakan pemerintahannya tak akan mendesak agar RUU itu dikembalikan di parlemen. "RUU itu sudah berakhir. Sudah tamat riwayatnya," kata Lam.

Dalam pernyataannya, Lam sekali lagi menegaskan bahwa ia tak akan tunduk pada tuntutan kelompok demonstran, untuk menghapus RUU itu dalam agenda kerja legislatif. "Kekhawatiran terhadap RUU itu merupakan kebohongan yang diembuskan aktivis demokrasi Joshua Wong, yang baru dibebaskan baru-baru ini atas peranannya dalam menggerakkan aksi protes pada 2014," ucap Lam. "RUU itu aka tetap ada dalam program legislatif hingga Juli tahu mendatang," tegas dia.

Awalnya, mereka menuntut agar RUU ekstradisi dihapuskan. Namun akibat reaksi yang lamban dari pemerintah kota, tuntutan demonstran kian meluas menjadi desakan bagi reformasi demokrasi, meminta agar kebebasan di wilayah semiotonom itu jangan sampai terkikis, serta mendesak agar pemimpin kota yang pro-Beijing, untuk mundur.

Kritikan Tiongkok

Pada bagian lain, Tiongkok mengecam pernyataan Denise Ho, penyanyi terkemuka asal Hong Kong yang prodemokrasi, dan menyebut bintang pop itu suka menghayal setelah Ho meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghapus Tiongkok dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB karena berusaha mengikis otonomi kota.

Ho sebelumnya turut serta dalam aksi unjuk rasa yang menyerukan reformasi demokratis di Hong Kong, dan ia membuat marah Beijing dengan berpidato tentang pergeseran kebebasan kota itu kepada Dewan HAM PBB.

"Ia (Ho) berkhayal. Bagaimana mungkin (terjadi pergeseran kebebasan di Hong Kong)" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang. "Dia terlalu melebih-lebihkan," imbuh dia.

Saat berpidato di Dewan HAM PBB pada Senin (8/7), Ho mendesak dewan itu untuk menekan Beijing dan menyebut aksi protes antipemerintah yang sedang berlangsung sebagai tanda bahwa penduduk setempat sudah muak dengan pengetatat cengkeraman Tiongkok di Hong Kong.

"Tiongkok mencegah demokrasi kita dengan segala cara," pungkas Ho, yang juga menyerukan PBB untuk mengadakan sesi darurat untuk melindungi rakyat Hong Kong. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top