Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kehidupan Bernegara I Hukum Harus Bisa Melindungi Semua Warga

Demokrasi Pancasila Pilihan Terbaik bagi Indonesia

Foto : DOK. BPIP

Pakar Komunikasi Politik, Antonius Benny Susetyo

A   A   A   Pengaturan Font

BATU - Demokrasi Pancasila itu menjunjung tinggi kemanusiaan dan ini menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia. Demokrasi Pancasila seharusnya menjadi acuan kebenaran untuk melaksanakan politik di Indonesia, yang mesti menjadi acuan bagi elite politik.

"Demokrasi Pancasila itu bicara rasa. Rasa ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan," kata pakar komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, dalam paparannya pada seminar Sosialisasi 4 Pilar Konsensus Kebangsaan yang diadakan di Gereja Sidang Jemaat Alah (GSJA) Maranatha Family, Kota Batu, Jawa Timur, pekan lalu.

Menurut Benny, sapaan akrabnya, rasa ketuhanan terwujud dalam rasa cintanya kepada Tuhan, sehingga rasa kemanusiaan itu ada. Mencintai Tuhan berarti mencintai sesamanya. Mereka menjunjung tinggi martabat manusia. Manusia tidak direduksi menjadi alat produksi.

"Hukum rimba tidak berlaku. Hukum melindungi semua orang, sehingga tercipta persatuan dan karena martabat manusia dianggap tinggi maka keadilan, dengan hukum melindungi semua orang, tercipta. Itulah demokrasi Pancasila," jelasnya.

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini menunjuk pada tantangan dalam menjalankan demokrasi Pancasila di masa ini.

"Masyarakat harus sadar bagaimana melihat media sosial. Media sosial sering kali menawarkan persepsi, bukan kebenaran. Persepsi belum tentu fakta. Saat terus-menerus persepsi tanpa kebenaran ditawarkan maka persepsi itu menjadi kebenaran," tuturnya.

Miliki Literasi Digital

Benny mengajak peserta untuk memiliki kemampuan memilah informasi yang ditawarkan. Masyarakat harus memiliki literasi digital, kritis, dan mengerti konsensus kebangsaan. Masyarakat seharusnya bisa menyatakan mana yang benar dan mana yang hoaks, bukan ditelan mentah-mentah (informasi) dan dianggap sebagai kebenaran.

"Kesadaran digital dan kritis serta konsensus kebangsaan menjadi sangat penting dalam era yang penuh kebohongan ini. Demokrasi Pancasila tidak boleh menghancurkan karakter hidup berbangsa," ujarnya.

Dalam menyambut Pemilu 2024, budayawan dari Malang ini menyerukan agar peserta menjadi pemilih yang cerdas.

"Pemilih yang cerdas kritis, sadar literasi media dan kebangsaan, serta sadar dapil dan calon-calon serta peluangnya. Jangan karena belas kasih atau rasa kedekatan atau karena rupawannya. Lihat rekam jejak, lihat cara kerjanya, lihat program-programnya, lihat peluang kemenangannya," kara Benny.

"Kalau salah pilih pemimpin, kita akan mengalami kegagalan. Jangan mudah kesengsem, tetapi lihat semuanya. Jangan sampai kita gagal menyambut tahun Indonesia emas 2045," tuturnya.

Anggota Komisi XI DPR, Andreas Eddy, membuka acara tersebut dengan berbagai pernyataan. "Harus menjadi perhatian kita adalah bagaimana demokrasi Pancasila kita ini dapat menjadi pegangan dalam menghadapi pesta demokrasi tahun 2024," ujarnya.

"Penting bagi kita semua menjadikan 4 Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, sebagai pedoman menghadapi pesta demokrasi ini. Kita jangan terpolarisasi. Mari jadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang lebih dewasa dan betul-betul bisa mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045," ajaknya, seraya membuka seminar.

Sementara itu, pendeta Chrysta Andreas, dalam paparannya, mengajak peserta yang merupakan umat Kristen, untuk terlibat dalam kehidupan politik.

"Jangan sampai masyarakat Kristen tidak mau terlibat, padahal politik juga menentukan peraturan-peraturan yang ada di sekitar kita. Kalau tidak menjadi pemilih cerdas ataupun terjun ke politik maka peraturan akan dibuat oleh orang-orang lain," ujarnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top