Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pasar Ekspor

Daya Saing Produk Halal Masih Lemah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Daya saing produk halal Indonesia masih tertinggal dibanding negara pesaingnya di kawasan Asia Tenggara. Hal itu dipicu oleh keterlambatan Indonesia dalam menciptakan eksosistem industri halal serta pemberian label halal pada produk-produknya.

Ketua Komite Tetap Timur Tengah & OKI Kamar Dagang Industi (Kadin) Indonesia, Fachry Thaib mencontohkan tahun lalu produk-produk Indonesia yang diekspor ke Timur Tengah khususnya Pakistan dan Kuwait. Kedua negara tersebut, menolak produk Indonesia karena tidak dilengkapi label halal.

"Artinya, pasar produk halal ini sudah begitu besar. Kalau kita tidak bergerak cepat maka kita tidak akan mengejar Malaysia dan Thailand dan Singapura,"ungkap Fachry dalam diskusi terkait produk halal di Jakarta, Selasa (9/7).

Fachri berharap agar semua elemen pelaku usaha baik untuk perdagangan domestik dan ekspor diminta untuk segera bersiap menyongsong era halal Indonesia. Pasalnya, nilai perdagangan produk halal dunia menyentuh triliunan Dollar AS. Jika tidak, produk lokal akan tertinggal dibanding negara-negara lainnya dalam merebut pasar.

Persaingan ekspor produk halal dunia meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan pertumbuhan konsumen produk halal. Selama 2018 perdagangan produk halal mencapai 2.8 triliun dollar AS. Rinciannya, 1.4 triliun Dollar AS perdagangan makanan dan minuman, 506 miliar dollar AS perdagangan obat dan farmasi, kemudian kosmetik sebesar 230 miliar dollar AS dan produk lainnya sebesar 660 miliar dollar AS.

Untuk itu, sambung Fachry Kadin Indonesia menyambut baik Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 tahun 2019 tentang Pelaksanaan atas Undang Undang (UU) Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang telah diteken Presiden Joko Widodo. Regulasi itu mulai berlaku pada 17 Oktober 2019, namun teknis operasional diterapkan bertahap.

Ekosistem Halal

Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar menambahkan, ekspor RI ke negara anggota kerja sama Islam (OKI) cukup besar dengan nilai mencapai 7,6 miliar Dollar AS. Namun, hal tersebut bukanlah produk-produk yang diberi label halal, tetapi produk-produk raw material.

Sapta mengharapkan, pembangunan ekosistem industri halal dipercepat termasuk kawasan industri halal. Soalnya faktor itulah yang membuat RI masih tertinggal dibanding Malaysia dalam urusan produk halal.

"Malaysia sudah punya ekosistem yang relatif maju dari kita dan juga pengusahanya relatif berani berusaha di bidang halal industri. Aturan mereka sudah mulai lama ditegakkan,"tutup Sapta. ers/E-12

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top