Daya Saing Industri Lemah karena Terlalu Bergantung pada Negara Lain
Daya Saing Industri
Hal itu menurut Aditya, merupakan salah satu hasil dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia (WB) dan IMF yang dia sebut "tidak relevan" untuk diterapkan di Indonesia. "Mereka memberi kita 'resep' yang tidak bisa diaplikasikan di sini. Ini seperti memberi obat yang tidak bisa menyembuhkan," katanya.
Harus Tegas Dengan kondisi seperti itu, mulai menimbulkan spekulasi apakah Indonesia masih memiliki harapan untuk lepas dari middle income trap? Aditya optimistis dengan syarat bahwa pemerintahan baru harus tegas dalam mengambil langkah yang tepat. Ada harapan, tapi pemerintah harus tahu apa obatnya. Sistem yang berjalan saat ini tidak bisa digunakan lagi, dan jangan lagi mendengar saran dari World Bank yang selalu memberikan angin surga yang tidak bisa dicapai.
Salah satu bukti buruknya pengelolaan oleh lembaga internasional itu adalah skema Obligasi Rekap BLBI (OR), yang dibuat untuk melindungi kroni-kroni masa lalu dan membuat Indonesia bergantung pada kreditor global. "Ini semua didukung oleh pejabat-pejabat dalam negeri yang terkait dengan kroni," katanya. Sebagai solusinya, Aditya menekankan pentingnya pelaksanaan tujuh reformasi seperti reformasi fiskal, kemandirian pangan, industri, sumber daya manusia, garis besar haluan negara, anggaran pembangunan, dan reformasi paradigma mengutamakan daya saing global.
Reformasi itu dianggapnya sebagai langkah krusial untuk melepaskan Indonesia dari kebergantungan pada impor dan kreditur asing. Ia menambahkan bahwa kepemimpinan yang tegas di tingkat eksekutif sangat diperlukan untuk mendorong perubahan tersebut. "Presiden mendatang harus punya ketegasan. Jika diberi solusi yang tepat, pasti bisa. Jangan sampai terbelenggu oleh kroni-kroni lama. Kita sudah kehilangan satu generasi. Bukti paling nyata adalah lima juta anak mengalami stunting di saat Indonesia sudah 79 tahun merdeka.
Aditya juga menyoroti peran lembaga-lembaga seperti World Bank IMF, dan para pengemplang BLBI yang memperburuk kondisi ekonomi Indonesia, terutama dalam hal utang yang semakin menumpuk. Menurutnya, mereka adalah pihak yang membuat Indonesia terus bergantung pada impor dan memperkaya para calo ekonomi. "Jadi calo lebih cepat kaya daripada membangun industri dan pertanian. Mereka yang menyebabkan bubble property, dan mereka juga yang menjadi penyalur barang-barang impor.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya