Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Reuni Akbar UB | Generasi Milenial Mesti Lakukan Gaya Hidup Sehat

Daya Saing di Bidang Kesehatan Masih Rendah

Foto : ISTIMEWA

Rektor Uni­versitas Brawijaya, Nuhfil Hanani.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mengatakan, Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 disusun untuk menyelaraskan kebutuhan riset jangka panjang dengan arah pembangunan nasional terkait ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Keberadaan RIRN sangat penting karena pembangunan nasional membutuhkan perencanaan sektoral untuk mengintegrasikan langkah-langkah yang terpadu dan terintegrasi, khususnya antar kementerian/lembaga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaanya," kata dia, saat menjadi Keynote Speech pada Rembuk Nasional Almuni Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Hadir dalam acara tersebut di antaranya, Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kemenristekdikti, Hari Purwanto, Rektor Universitas Brawijaya, Nuhfil Hanani, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Cut Putri Arianie, dan Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fahmi Idris.

Nasir menyebutkan, bidang kesehatan dan obat-obatan merupakan salah satu dari 10 bidang strategis yang menjadi prioritas pemerintah dalam RIRN. Sebab, daya saing Indonesia dalam bidang kesehatan masih sangat rendah, atau di peringkat 90-an dunia.

Oleh karena itu, Kemenristekdikti bersama Kemenkes membentuk "Komite Bersama Kemenristekdikti-Kemenkes" guna meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian pada bidang kesehatan, sekaligus mendorong mewujudkan kemandirian bangsa pada bidang kesehatan.

Menurutnya, pendidikan tinggi dan pelayanan kesehatan merupakan satu kesatuan yang harus dijalankan secara sinergis. Kompetensi pendidikan terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dokter, terutama di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T).

Ia mengungkapkan, sulitnya mencetak dan distribusi dokter masih menjadi masalah saat ini.

Untuk itu Menristekdikti meminta Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya tetap memperhatikan kualitas dari calon dokter.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pelaksana Reuni Universitas Brawijaya Misbah mengatakan, generasi milenial berisiko menjadi beban negara akibat mengidap penyakit tidak menular (PTM). Namun, risiko ini bisa ditekan bila ada kesadaran untuk melakukan upaya pencegahan sejak dini.

"Kesadaran inilah yang harus segera dibangun generasi milenial. Jika milenial sakit maka produktivitasnya menurun, yang bisa mengancam masa depan dan perekonomian keluarga dan negara," kata Misbah.

Ia mengatakan, generasi milenial adalah kunci kemajuan bangsa. Karena itu, harus diperhatikan sedini mungkin dan diberikan kebijakan tentang kesadaran terhadap penyakit Non Communicable Deasease (NCDs) yang menghantui mereka. "Kalau bukan generasi milenial, siapa lagi? Generasi ini merupakan generasi emas yang bisa memajukan negara nantinya," tandasnya.

Untuk mencegah PTM, hal yang paling utama dipikirkan adalah gaya hidup sehat. Jika ini sudah diterapkan, penyakit tidak menular akan bisa dihindari.

Pengabdian Masyarakat

Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Nuhfil Hanani mengatakan, selain melakukan reuni akbar, pihaknya juga telah melakukan acara pengabdian masyarakat seperti memberikan bantuan pengobatan di lokasi bencana dan memberikan sumbangan kepada korban bencana alam.

Dalam reuni akbar ini, panitia dari Fakultas Kedokteran dengan mengambil tema kedokteran yaitu menyiapkan milenial ke depan untuk memperhatikan penyakit tidak menular. "Perlu diketahui bahwa sekarang di era milenial, salah satu faktor kunci penyakit tidak menular seperti jantung, stroke dan darah tinggi, telah menduduki angka tertinggi, jadi harus dicegah," ujar Nuhfil.

n eko/ang/E-3

Komentar

Komentar
()

Top