Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kecerdasan Organoid

Dapat Digunakan untuk Pengobatan Kerusakan Otak

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Para peneliti juga membutuhkan cara untuk berkomunikasi dengan organoid untuk mengirimi mereka informasi dan menerima pembacaan tentang apa yang "dipikirkan" oleh organoid. Penulis studi telah mengembangkan cetak biru yang mencakup alat-alat dari bioteknologi dan pembelajaran mesin, bersama dengan inovasi baru.

Mengizinkan berbagai jenis masukan (input) dan keluaran (output) di seluruh jaringan organoid akan memungkinkan tugas yang lebih kompleks, tulis penelitian dari The University of Baltimore, Maryland, Amerika Serikat yang diterbitkan pada jurnalFrontiers in Science.

"Kami mengembangkan perangkat antarmuka otak-komputer yang merupakan semacam penutup EEG (electroencephalogram) untuk organoid, yang kami sajikan dalam artikel yang diterbitkan Agustus lalu," kata Thomas Hartung, seorang profesor kesehatan lingkungan dan teknik di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg dan Sekolah Teknik Whiting di Baltimore

"Ini adalah cangkang fleksibel yang tertutup rapat dengan elektroda kecil yang dapat mengambil sinyal dari organoid, dan mengirimkan sinyal ke sana," imbuhnya seperti dilaporkan lamanCBS News.

Hartung berharap suatu hari nanti akan ada saluran komunikasi yang bermanfaat antara kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan kecerdasan organoid (organoid intelligence/OI), yang memungkinkan keduanya mengeksplorasi kemampuan satu sama lain.

Kontribusi yang paling berdampak dari OI mungkin terwujud dalam pengobatan manusia. Organoid otak dapat dikembangkan dari sampel kulit pasien dengan gangguan saraf, memungkinkan para ilmuwan untuk menguji bagaimana berbagai obat dan faktor lain dapat memengaruhi mereka. "Dengan OI, kami juga dapat mempelajari aspek kognitif dari kondisi neurologis," kata Hartung.

Misalnya para peneliti dapat membandingkan pembentukan memori dalam organoid yang berasal dari orang sehat dan pasien Alzheimer, selanjutnya mencoba untuk memperbaiki defisit relatif. OI juga dapat digunakan untuk menguji apakah zat tertentu, seperti pestisida, menyebabkan masalah memori atau pembelajaran.

Selain itu organoid otak juga bisa membuka cara baru untuk memahami kognisi manusia. "Kami ingin membandingkan organoid otak dari donor yang biasanya berkembang dengan organoid otak dari donor dengan autisme," kata rekan penulis studi dan rekan peneliti sekaligus asisten profesor kesehatan dan teknik lingkungan Johns Hopkins, Lena Smirnova.

"Alat yang kami kembangkan menuju komputasi biologis adalah alat yang sama yang memungkinkan kami memahami perubahan jaringan saraf khusus untuk autisme, tanpa harus menggunakan hewan atau mengakses pasien, sehingga kami dapat memahami mekanisme yang mendasari mengapa pasien memiliki kognisi ini masalah dan kekurangannya," kata dia.

Menggunakan organoid otak untuk menciptakan kecerdasan organoid masih sangat baru. Mengembangkan OI yang sebanding dengan komputer dengan kekuatan otak seekor tikus bisa memakan waktu puluhan tahun menurut Hartung. Namun sudah ada hasil yang menjanjikan yang menggambarkan apa yang mungkin.

Rekan penulis studi Dr Brett Kagan, kepala petugas ilmiah di Cortical Labs di Melbourne, Australia, dan timnya baru-baru ini menunjukkan bahwa sel-sel otak dapat belajar memainkan video gamePong.

"Tim mereka sudah mengujinya dengan organoid otak," kata dia. "Dan menurut saya, mereplikasi eksperimen ini dengan organoid sudah memenuhi definisi dasar OI. Dari sini, tinggal membangun komunitas, alat, dan teknologi untuk mewujudkan potensi penuh OI," imbuh dia.

Membuat organoid otak manusia yang mampu melakukan fungsi kognitif menimbulkan sejumlah masalah etis, termasuk apakah mereka dapat mengembangkan kesadaran atau merasakan sakit. Selain itu apakah mereka yang selnya digunakan untuk membuatnya memiliki hak terkait organoid tersebut.

"Bagian penting dari visi kami adalah mengembangkan OI dengan cara yang etis dan bertanggung jawab secara sosial," kata Hartung. "Untuk alasan ini, kami telah bermitra dengan ahli etika sejak awal untuk membangun pendekatan 'etika tertanam.' Semua masalah etika akan terus dinilai oleh tim yang terdiri dari ilmuwan, ahli etika, dan publik, seiring dengan perkembangan penelitian," kata dia. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top