![Dampak Pencemaran Kian Kritis](https://koran-jakarta.com/images/article/php_wco5j_resized.jpg)
Dampak Pencemaran Kian Kritis
![Dampak Pencemaran Kian Kritis](https://koran-jakarta.com/images/article/php_wco5j_resized.jpg)
Situasi di lapangan terkini, lanjut Susan, menunjukkan sejumlah keluarga nelayan merasakan sesak napas parah, infeksi kulit, kepala pusing-pusing, dan batuk-batuk. Hal ini mereka rasakan sejak terjadinya pencemaran minyak yang telah sampai ke wilayah perairan mereka.
Susan Herawati mengatakan pada Rabu (28/8), ketebalan limbah di pesisir Desa Mekarjaya, Kecamatan Cibuaya, mencapai 50 cm, menyebabkan masyarakat mengalami sesak napas. Menurutnya, terdapat salah satu korban yang mengalami sesak napas dan nyaris saja kehilangan nyawa. Artinya, tegas Penggiat lingkungan dari Kiara ini, limbah dari Pertamina ini sudah tidak lagi dianggap sebagai hal yang biasa, ini adalah kiamat industri bagi perairan Karawang.
Selain dampak kesehatan, menurut Susan, sektor ekonomi keluarga nelayan juga paling terpukul. Diperkirakan, 1.689 perahu terkena ceceran limbah serta 5.000 ha tambak udang dan bandeng yang dominan tersebar di 10 desa terpaksa dikeringkan mencegah limbah masuk. Begitupun, seluas 108,2 ha tambak garam gagal panen.
Sesuai Aturan
Anggota Komisi VII DPR, Kardaya Warnika menegaskan dalam menangani insiden tumpahan minyak di sumur YYA-1, Pertamina telah melakukan sesuai standar operasi. "Kejadian ini memerlukan penanganan yang serius dan secara keteknisan harus sesuai standar operasi. Dan secara garis besar Pertamina sudah melakukan," kata Kardaya di Jakarta, Sabtu (31/8).
Dalam kondisi demikian, lanjutnya, hal pertama yang dilakukan Pertamina adalah mematikan sumbernya. Hal ini juga sesuai standar industri perminyakan, yaitu dengan mengebor dari samping sumur yang bermasalah. Ant/suh/E-12
Komentar
()Muat lainnya