Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tumpahan Minyak I Pemerintah Mesti Ambil Alih Penanganan Kebocoran Sumur YYA-1 ONWJ

Dampak Pencemaran Kian Kritis

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Penggiat lingkungan mendesak pemerintah pusat segera turun tangan untuk mengatasi pencemaran tumpahan minyak di pesisir Karawang dan Kep. Seribu akibat "blowup" Sumur YYA-1 milik PT PHE ONWJ.

JAKARTA - Pemerintah diminta untuk segera mengambil alih penanganan limbah minyak akibat kebocoran dari Sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ yang mengakibatkan pencemaran laut di pesisir Karawang, Jawa Barat, dan Kepulauan Seribu. Kondisi lingkungan semakin buruk dan masyarakat nelayan yang terdampak kian berat menanggung beban hidupnya.

"Kami menuntut pemerintah pusat untuk turun dan membereskan persoalan ini. Masyarakat terdampak semakin menderita akibat kecerobohan Pertamina," tukas Susan Herawati, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara), menanggapi kondisi pencemaran laut Kerawang, di Jakarta, Minggu (1/9). Kiara mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah yang semakin hari semakin parah

"Semburan minyak ini bukan berkah, tapi bencana besar bagi nelayan, perempuan nelayan, pesisir, laut dan masa depan bangsa. Seharusnya anggapan ini jangan terlontar ditengah perjuangan warga yang sedang berjuang membersihkan limbah dari lautnya," kembali Susan menegaskan.

Secara terperinci, Susan menjelaskan kondisi masyarakat korban pencemaran minyak di perairan Karawang, Jawa Barat, semakin parah. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan setidaknya masyarakat pesisir, khususnya nelayan, di tujuh kecamatan terus mengalami kualitas penurunan kehidupan. Tujuh kecamatan yang dimaksud adalah Cibuaya, Tirtajaya, Pedes, Cilamaya Kulon, Batu Jaya, Pakis Jaya, dan Cilebar.

Situasi di lapangan terkini, lanjut Susan, menunjukkan sejumlah keluarga nelayan merasakan sesak napas parah, infeksi kulit, kepala pusing-pusing, dan batuk-batuk. Hal ini mereka rasakan sejak terjadinya pencemaran minyak yang telah sampai ke wilayah perairan mereka.

Susan Herawati mengatakan pada Rabu (28/8), ketebalan limbah di pesisir Desa Mekarjaya, Kecamatan Cibuaya, mencapai 50 cm, menyebabkan masyarakat mengalami sesak napas. Menurutnya, terdapat salah satu korban yang mengalami sesak napas dan nyaris saja kehilangan nyawa. Artinya, tegas Penggiat lingkungan dari Kiara ini, limbah dari Pertamina ini sudah tidak lagi dianggap sebagai hal yang biasa, ini adalah kiamat industri bagi perairan Karawang.

Selain dampak kesehatan, menurut Susan, sektor ekonomi keluarga nelayan juga paling terpukul. Diperkirakan, 1.689 perahu terkena ceceran limbah serta 5.000 ha tambak udang dan bandeng yang dominan tersebar di 10 desa terpaksa dikeringkan mencegah limbah masuk. Begitupun, seluas 108,2 ha tambak garam gagal panen.

Sesuai Aturan

Anggota Komisi VII DPR, Kardaya Warnika menegaskan dalam menangani insiden tumpahan minyak di sumur YYA-1, Pertamina telah melakukan sesuai standar operasi. "Kejadian ini memerlukan penanganan yang serius dan secara keteknisan harus sesuai standar operasi. Dan secara garis besar Pertamina sudah melakukan," kata Kardaya di Jakarta, Sabtu (31/8).

Dalam kondisi demikian, lanjutnya, hal pertama yang dilakukan Pertamina adalah mematikan sumbernya. Hal ini juga sesuai standar industri perminyakan, yaitu dengan mengebor dari samping sumur yang bermasalah. Ant/suh/E-12

Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top