Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Daftar Vaksin Covid-19 untuk Masa Depan

Foto : HANNIBAL HANSCHKE / POOL / AFP

A nurse shows a package of the Astrazeneca coronavirus (Covid-19) vaccine at a doctor's surgery in Senftenberg, Brandenburg, eastern Germany, on March 3, 2021, where the first vaccinations are given in doctors' surgeries.

A   A   A   Pengaturan Font

Jika pada akhirnya vaksin darurat tersebut dapat memenuhi seluruh kriteria yang diperlukan, vaksin dapat disetujui di masa mendatang. Beberapa vaksin berikut ini menurut Livescience telah disetujui untuk penggunaan darurat.

Vaksin Pfizer/BioNTech

Vaksin Pfizer/BioNtech dikembangkan perusahaan farmasi Pfizer asal Amerika Serikat dan BioNTech dari Jerman. Dalam uji klinis, vaksin itu memiliki efektivitas mencegah Covid-19 sebesar 95 persen. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan selang tiga pekan.

Vaksin harus disimpan pada suhu minus 94 derajat Fahrenheit atau minus 70 derajat Celcius. Vaksin diberi izin untuk digunakan oleh Food Drug Administration (FDA) pada 11 Desember 2020. Ini sekaligus menjadi vaksin pertama yang diizinkan pemerintah Amerika Serikat.

Pada 21 Desember 2020, Inggris, Argentina, Chili, Singapura, dan Uni Eropa 21 Desember, The New York Times melaporkan penggunaan vaksin tersebut. Bahrain, Kanada, Arab Saudi, dan Swiss juga telah sepenuhnya menyetujui untuk penggunaan darurat. Kemudian, menyusul Australia pada 25 Januari 2021.

Vaksin itu menggunakan molekul yang disebut messenger ribonucleic acid (mRNA) sebagai basisnya. Fungsi mRNA untuk memberi instruksi sel manusia guna membangun protein spesifik, dengan mengkode protein lonjakan (spike protein) virus korona.

Protein lonjakan sendiri merupakan struktur yang menempel di permukaan virus. Fungsinya menginfeksi sel manusia. Begitu berada di dalam tubuh, vaksin menginstruksikan sel manusia untuk membangun protein ini. Lalu sistem kekebalan belajar untuk mengenali dan menyerangnya.

Vaksin Moderna/NIAID

Vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi AS, Moderna dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) juga menggunakan mRNA sebagai basisnya. Efektivitas efikasinya mencapai 94,5 persen dalam mencegah penyakit Covid-19.

Seperti vaksin Pfizer/BioNTech, vaksin Moderna diberikan dalam dua dosis dengan jarak empat pekan. Perbedaan lainnya, vaksin Moderna dapat disimpan pada suhu lebih rendah, minus 20 derajat Celcius.

FDA mengesahkan vaksin Moderna untuk penggunaan darurat pada 18 Desember 2020. Israel dan European Medicines Agency, sebuah badan Uni Eropa, mengesahkan penggunaan darurat pada bulan Januari 2021. Kanada sepenuhnya menyetujui vaksin tersebut pada 23 Desember 2020.

Vaksin Oxford - AstraZeneca

Vaksin yang dikembangkan University of Oxford dan perusahaan farmasi AstraZeneca dalam uji klinis memiliki efikasi atau kemanjuran 70 persen. Dosis yang tepat dapat meningkatkan kemanjuran vaksin ini.

Pada orang yang diberi dua dosis ukuran penuh, dengan jarak 28 hari. Vaksin ini memiliki efektivitas sekitar 62 persen. Pada mereka yang diberi dosis setengah, diikuti dengan dosis penuh, efektivitasnya mencapai 90 persen.

Inggris dan Argentina mengesahkan vaksin Oxford-AstraZeneca untuk penggunaan darurat pada akhir Desember. Demikian juga, India serta Meksiko yang mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat pada Januari 2021.

The EU's European Medicines Agency atau Badan Obat Eropa Uni Eropa mengesahkan vaksin untuk digunakan pada orang dewasa pada 29 Januari 2021. Kanada juga menyetujui vaksin pada 26 Februari 2021.

Berbeda dengan milik Pfizer dan Moderna, vaksin tersebut berisi adenovirus atau jenis virus flu biasa yang dilemahkan. Para ilmuwan memodifikasi virus, sehingga tidak dapat mereplikasi diri pada sel manusia. Selanjutnya, ditambahkan gen yang mengkode protein lonjakan virus korona.

Di dalam tubuh, vaksin memasuki sel dan mengirimkan gen protein lonjakan tersebut. Protein inilah yang digunakan sel untuk membangun protein lonjakan itu sendiri yang kemudian akan memicu respons imun dari sel manusia.

Johnson & Johnson-Janssen

Vaksin yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson dan Janssen (J-3) memiliki tingkat kemanjuran keseluruhan 72 persen di AS, dan 64 persen di Afrika Selatan. Afsel banyak berkembang varian virus korona hasil mutasi.

Di Amerika dan Afsesl, vaksin menunjukkan kemanjuran 100 persen melawan rawat inap dan kematian. Artinya, tidak ada seorang pun yang diberi vaksin dalam uji klinis meninggal karena Covid-19 atau harus dirawat di rumah sakit.

Pada 25 Februari 2021, mengikuti analisis FDA, Bahrain menjadi negara pertama yang mengesahkan vaksin J-3 untuk penggunaan darurat. Sebaliknya, AS menghapus vaksin itu untuk penggunaan darurat pada 27 Februari 2021.

Vaksin J-3 mirip yang dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca. Pada cairan suntikan mengandung versi lemah dari virus adenovirus. Para ilmuwan secara genetik mengubah adenovirus dengan nama ad26. Dengan demikian, tidak dapat lagi menginfeksi sel manusia. Kemudian menambahkan gen yang mengkode protein lonjakan virus korona.

Begitu masuk ke dalam tubuh, vaksin melatih sistem kekebalan untuk mengenali protein lonjakan dan menargetkan virus korona untuk dimusnahkan. Sebelumnya, Janssen menggunakan strategi serupa untuk mengembangkan vaksin Ebola.

Sinopharm/Institut Produk

Biologi Beijing

Sinopharm, perusahaan farmasi nasional Tiongkok, dan Institut Produk Biologi Beijing mengembangkan vaksin dari virus korona yang tidak aktif atau versi modifikasi dari virus SARS-CoV-2 yang tidak bisa bereplikasi. Pada akhir Desember, Sinopharm mengumumkan bahwa vaksin yang disebut BBIBP-CorV, memiliki efektivitas 79 persen. Sayangnya, data awal uji klinis tahap akhir perusahaan belum dipublikasikan sampai sekarang.

Pada musim panas 2020, Tiongkok memberi otorisasi kepada Sinopharm untuk memvaksinasi pekerja konstruksi, diplomat, dan pelajar. Vaksinasi menggunakan salah satu dari dua kandidat vaksin Covid-19, termasuk BBIBP-CorV. Hampir 1 juta orang telah menerima vaksin hingga November 2020.

Uni Emirat Arab mengesahkan BBIBP-CorV untuk penggunaan darurat pada bulan September 2020 lalu. Kemudian sepenuhnya menyetujui vaksin tersebut pada bulan Desember 2020. Bahrain dan Tiongkok juga sepenuhnya menyetujui vaksin pada Desember 2020. Mesir mengesahkannya untuk penggunaan darurat pada Januari 2021. Vaksin diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu tiga pekan.

Vaksin Sinopharm, kandidat vaksin ini dikembangkan oleh Wuhan Institute of Biological Products. Dia juga menggunakan virus korona yang tidak aktif sebagai basisnya. Vaksin tersebut telah diizinkan untuk penggunaan darurat di Tiongkok dan Uni Emirat Arab tetapi masih sedikit yang diketahui tentang kemanjurannya.

Vaksin Coronavac

Perusahaan Tiongkok, Sinovac Biotech, mengembangkan vaksin dari virus SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Vaksin, yang disebut Coronavac, diberikan dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari. Vaksin ini disahkan pemerintah Tiongkok untuk penggunaan darurat pada Juli 2020.

Seberapa kuat vaksin tersebut dapat melindungi dari Covid-19, belum diketahui publik. Namun, dalam uji klinis di Brasil menunjukkan bahwa vaksin itu sekitar 78 persen efektif pada satu sub kelompok kecil pasien. Tetapi pada semua orang, kemanjurannya diperkirakan mendekati 63 persen.

Pada 12 Januari 2021, para peneliti pusat penelitian biologi Butantan Institute Sao Paulo, Brazil, tempat uji klinis dilakukan, mengumumkan tingkat kemanjurannya sebesar 50,4 persen.

Vaksin Sputnik

Vaksin Sputnik dikembangkan Institut Penelitian Gamaleya di bawah Kementerian Kesehatan Rusia. Disebut Sputnik V, vaksin itu mengacu pada satelit buatan pertama di dunia. Sputnik V diluncurkan selama perlombaan luar angkasa, saat perang dingin.

Vaksin tersebut mengandung dua virus flu biasa atau adenovirus, yang telah dimodifikasi sehingga tidak mampu bereplikasi pada manusia. Virus yang mengandung gen SAR-CoV-2 ini dimodifikasi untuk mengkode protein lonjakan virus korona.

Berdasarkan uji klinis awal pada November 2020, Rusia mengumumkan efektivitas vaksin dalam mencegah Covid-19 lebih dari 91,4 persen. Selanjutnya, pada 2 Februari 2021, para ilmuwan melaporkan vaksin tersebut memiliki kemanjuran 91,6 persen. Ini berdasarkan uji coba klinis tahap akhir yang diterbitkan The Lancet.

Rusia mulai menawarkan vaksin kepada warganya sebagai bagian dari kampanye vaksinasi massal pada November 2020. Rusia telah menyetujui vaksin untuk penggunaan terbatas pada Agustus 2020, ketika sangat sedikit data dari uji coba manusia yang tersedia.

Sejak November 2020, Belarusia, Argentina dan Serbia juga telah mengesahkan vaksin untuk penggunaan darurat. Pada 15 Januari, Paraguayjuga mengesahkan tersebut vaksin untuk penggunaan darurat.

Vaksin Bharat Biontech

Perusahaan India, Bharat Biotech, bersama Dewan Riset Medis India dan Institut Virologi Nasional mengembangkan vaksin dari virus korona tidak aktif, yang disebut Covaxin. Vaksin diberikan dalam dua dosis, berjarak empat pekan. Dia telah diizinkan untuk penggunaan darurat di India, meski khasiatnya belum dilaporkan ke publik.

hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top