Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim

Cuaca Ekstrem Telah Tewaskan Ratusan Ribu Orang

Foto : UN.org

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Sebuah laporan yang mengulas ancaman langsung yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap umat manusia menyebutkan bahwa hampir setengah juta orang telah tewas akibat bencana alam yang terkait dengan kondisi cuaca ekstrem sepanjang 20 tahun terakhir.

dalam laporan tersebut juga disinggung bahwa beban kematian akibat bencana terkait iklim seperti badai, banjir, dan gelombang panas, telah ditanggung konsekuensinya oleh negara-negara berkembang.

Dalam pembukaan KTT Adaptasi Iklim (Climate Adaptation Summit) yang digelar secara virtual pada tahun ini karena terjadinya pandemi, lembaga pemikir Germanwatch menghitung bahwa bencana-bencana ini telah merugikan perekonomian global sebesar 2,56 triliun dollar AS pada abad ini.

"Sebuah analisis terkait lebih dari 11 ribu cuaca ekstrem telah mengakibatkan hampir 480 ribu korban jiwa dan wilayah seperti Puerto Rico, Myanmar dan Haiti, jadi negara-negara terparah dilanda bencana ekstrem," lapor Germanwatch.

Berdasarkan kesepakatan iklim Paris pada 2015, negara-negara kaya seharusnya menyalurkan dana hingga 100 miliar dollar AS per tahunnya ke negara-negara miskin agar negara-negara itu bisa mengurangi dampak bencana dan beradaptasi atas terjadinya perubahan iklim.

Akan tetapi penelitian terkini mengungkapkan bahwa jumlah dari pendanaan yang tersedia bagi negara-negara berkembang untuk aksi iklim ternyata jauh lebih rendah dari angka yang disepakati pada kesepakatan iklim Paris 2015.

Kekurangan pendanaan ini terlihat dari Indeks Iklim Global yang dibuat Germanwatch yang meneliti dampak dari dua dekade peristiwa cuaca ekstrem, terutama saat terjadi musim badai pada 2019 yang menghasilkan topan dan siklon tropis yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Karibia, Afrika timur, dan Asia selatan.

"Ini menunjukkan bahwa negara-negara miskin yang rentan harus menghadapi tantangan yang sangat besar dalam menangani konsekuensi peristiwa cuaca ekstrem," kata salah satu penulis laporan untuk Germanwatch bernama David Eckstein. "Mereka sangat membutuhkan bantuan keuangan dan teknis," imbuh Eckstein.

Kesenjangan Dana

Adaptasi yang berperan dalam mengurangi dampak buruk diantara komunitas dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menghadapi bencana terkait iklim seperti banjir dan kekeringan, adalah salah satu pilar dari kesepakatan Paris.

Dalam kesepakatan itu mencantumkan alokasikan 50 miliar dollar AS setiap tahunnya untuk adaptasi, tetapi karena bencana yang telah melanda telah berlipat ganda sejak kesepakatan iklim dimulai, pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dana yang diperlukan akan membengkak selama beberapa tahun mendatang.

Dari sekitar 70 miliar dollar AS yang dibutuhkan oleh negara-negara berkembang setiap tahun, hanya 30 miliar dollar AS saja yang saat ini tersedia.

Dalam laporan Kesenjangan Adaptation bulan ini, Program Lingkungan PBB (UNEP) mengatakan biaya tahunan yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap dampak perubahan iklim sebenarnya bisa mencapai 300 miliar dollar AS pada 2030 dan 500 miliar dollar AS pada pertengahan abad nanti.

Salah satu penulis laporan yaitu Vera Keunzel menyatakan kondisi lebih parah bisa dialami oleh negara-negara seperti Haiti, Filipina, dan Pakistan, hampir terus-menerus dilanda peristiwa cuaca ekstrem, membuat mereka tidak punya waktu untuk pulih sepenuhnya dari satu bencana sebelum serangan bencana berikutnya.

KTT Adaptasi Iklim yang digelar di Belanda ini, diharapkan bisa membuat komitmen yang jelas dan upaya baru yang konkret untuk membantu negara-negara dalam menghadapi dampak dari perubahan iklim. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top