Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Copilot Itu Gagal Ambil Pesawat NAM Air di Pontianak

Foto : KORAN JAKARTA/Selocahyo

MENGAMBIL SAMPEL DNA I Petugas dari Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim, mengambil sampel DNA dari Sumarzen Marzuki, orang tua dari korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182, Fadly Satrianto, di Sura-baya, Minggu (10/1).

A   A   A   Pengaturan Font

Waktu ternyata tidak dapat memupus minat seseorang terhadap suatu bidang pekerjaan. Hal itu dibuktikan oleh Fadly Satrianto, salah satu korban dari tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1).

Putra dari Sumarzen Marzuki ini adalah co-pilot di maskapai Nam Air, anak perusahaan Sriwijaya Air. Saat kejadian, Fadly Satrianto yang duduk di deretan kursi nomor 31 tersebut tengah menjalankan tugas perusahaan. Menurut Sumarzen, sebagai penumpang penerbangan SJ182 Fadly diminta berangkat ke Pontianak untuk menerbangkan salah satu pesawat Nam Airke tujuan lain.

"Sabtu pagi sebelum berangkat, sempat mengabari ibunya dia akan menumpang Sriwijaya Air untuk mengambil pesawat di Pontianak," ujar Sumarzen di Surabaya, Minggu (10/1).

Dia menjelaskan, Nam Air adalah maskapai pertama tempat Fadly bekerja sebagai co-pilot pesawat komersial. Sebelum menempuh pendidikan pilot, putranya itu telah bergelar sarjana hukum yang ia dapat dari Universitas Airlangga.

Cita-cita Sejak Kecil

Sebetulnya menjadi pilot adalah cita-citan Fadly sejak kecil. "Masih ingat saya, kalau ada suara pesawat dia langsung ke luar rumah untuk melihatnya di langit," tuturnya.

Sumarzen melanjutkan, setelah menyelesaikan pendidikannya selama 3,5 tahun padaprogram studi Ilmu Hukum pada tahun 2015, bukannya melanjutkan sebagai notaris atau pengacara, Fadly justru memilih mendaftar di sekolah penerbangan swasta di NAM Flying School, Bangka Belitung.

"Semangatnya menjadi pilot menyala lagi setelah melihat teman-temannya yang sukses di bidang itu. Lalu dia mendaftar dan diterima, Alhamdulillah ketika sudah bekerja pengetahunnya saat kuliah tetap terpakai, karena dalam tugas juga berhadapan dengan berbagai aturan hukum di bidang penerbangan," tuturnya.

Sumarzen menambahkan, pihak keluarga telah pasrah atas tragedi yang menimpa putra kebanggaan mereka itu. Saat ini mereka sekeluarga hanya menunggu kabar dari pihak berwenang terkait nasib Fadly beserta penumpang lainnya.n SB/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top