Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 26 Sep 2024, 06:10 WIB

“Columbia Exchange' yang Merusak Alam Amerika

Foto: afp/ MARIA BASTONE

Penaklukan Amerika oleh orang-orang Eropa mengubah lingkungan secara signifikan. Penyakit, tumbuhan, dan hewan yang dibawa oleh penjajah Eropa, mengubah ekosistem secara drastis, dengan konsekuensi lingkungan yang kompleks.

Dalam sejarah, dampak penjajahan Eropa terhadap lingkungan merupakan topik yang tidak banyak diungkap. Meskipun banyak perhatian telah diberikan pada konsekuensi bagi populasi manusia asli, khususnya aspek budaya, ekosistem tidak diperhatikan. Padahal alam juga merupakan aktor utama dalam proses sejarah.

Kedatangan pada pemukim baru dari Eropa menimbulkan konsekuensi serius. Tanpa disadari mereka membawa berbagai virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit baik pada manusia, tumbuhan, dan hewan. Hal ini terus mempengaruhi kehidupan di Amerika hingga hari ini.

Sebuah istilah yang disebut Pertukaran Kolumbia atau Columbia Exchange, semuanya diawali pada abad ke-15 ketika penjajah Portugis pertama berlayar ke arah barat untuk mencari tanah untuk menetap. Daratan pertama yang dijelajahi yaitu kepulauan yang saat ini diberi nama Madeira yang terletak di Atlantik di lepas pantai Afrika utara.

Ketika kapal mereka bersandar, kepulauan itu belum tersentuh manusia. Tidak berpenghuni, dan tidak memiliki tanda-tanda pendudukan manusia, bahkan tidak ada jejak manusia dari era Paleolitik atau Neolitik.

Ketika pertama kali tiba pada tahun 1420, mereka bertekad untuk menaklukkan pulau di selatan Madeira yang sekarang kemudian dinamai Porto Santo. Di sini sang kapten kapal muncul dengan ide untuk melepaskan beberapa kelinci yang telah berkembang biak di kapal.

Hewan-hewan kecil ini sangat umum di Semenanjung Iberia, jadi mereka tidak terlalu mempermasalahkannya. Namun di pulau perawan ini yang penuh dengan rumput yang subur dan menggugah selera, tanpa predator atau patogen apapun, mereka mulai berkembang biak tak terkendali dan memakan apapun yang ditanam oleh manusia.

"Orang Portugis tidak akan membiarkan penjajah berbulu ini mengambil alih pulau mereka, jadi mereka mengambil senjata, menyerang liang mereka, dan membunuh sebanyak mungkin kelinci," tulis Marina Urdapilleta, sejarawan spesialisasi dalam manajemen warisan budaya dalam tulisannya di The Collector.

Upaya mereka sia-sia karena mereka tidak dapat menghentikan laju perkembang-biakan kelinci, sehingga mereka tidak punya pilihan selain meninggalkan pulau itu. Perkembangbiakan kelinci yang tidak terbendung bukan hanya di Porto Santo. Hal ini terjadi juga ketika Inggris menemukan Australia.

Dari Porto Santo, orang Portugis pindah ke pulau tetangga yang lebih besar di utara yang kemudian dinamakan Madeira. Pulau ini memang bebas dari kelinci, tetapi menghadapi masalah berupa padatnya populasi manusia dan pepohonan yang membuat tidak ada tempat untuk menetap. Bahkan nama yang mereka berikan yaitu Madeira yang berarti kayu, merujuk pada hutan luas di pulau itu. Karena tidak punya kesabaran untuk menebang pohon satu per satu, mereka memutuskan untuk membakar pulau itu.

Menurut cerita, kebakaran yang terjadi hampir menelan seluruh pulau, memaksa penduduknya untuk mencari perlindungan di laut selama dua hari dua malam tanpa makanan atau minuman. Konon kebakaran itu berlangsung selama tujuh tahun.

Penaklukan pulau-pulau ini, yang menandai dimulainya ekspansi Eropa, menunjukkan ketidaktahuan besar yang ada tentang lingkungan. Hal itu mengawali proses kolonisasi yang sangat khusus yang kemudian menjadi hal yang konstan yaitu penghancuran lingkungan asli, termasuk masyarakat, tumbuhan, dan hewan, serta pengenalan flora dan fauna Eropa baru, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Eropanisasi Dunia Baru

Para pemukim pertama dapat dibayangkan sebagai suatu kelompok yang memulai perjalanan ke suatu tujuan yang tidak diketahui. Mereka berharap untuk meninggalkan kesengsaraan mereka dan menemukan sebidang tanah untuk ditanami untuk akhirnya menetap dan menjalani kehidupan yang damai.

Dipenuhi dengan antisipasi tetapi juga ketakutan, mereka memulai hidup baru di tempat yang jauh dan tidak dikenal, serta hanya mengenal kehidupan, makanan, hewan, dan pemandangan alam di Eropa. Mereka juga tidak hanya membawa barang-barang mereka, tetapi juga ide-ide, tradisi, arsitektur, praktik pertanian, dan aspek-aspek lain dari budaya mereka. Tujuannya adalah untuk menciptakan kembali lingkungan yang sudah dikenal yang mencerminkan asal-usul mereka dan memberi kenyamanan di dunia baru.

Selama pelayaran keduanya ke Pulau Hispaniola, salah satu pemukiman Eropa paling awal di Amerika, Christopher Columbus membawa berbagai benih untuk menanam makanan pokok Eropa seperti gandum, buncis, melon, bawang, anggur, dan tebu, dan lain-lain.

Awalnya, iklim tampak ideal dan tanaman tumbuh dalam waktu singkat. Namun, tanaman pangan terpenting bagi diet orang Spanyol yaitu gandum, anggur, dan zaitun gagal tumbuh subur, sehingga tidak bisa menghasilkan anggur atau minyak.

Meskipun demikian, mereka tidak harus sepenuhnya beradaptasi dengan diet asli karena buah-buahan lain tumbuh subur seperti pisang dari Kepulauan Canary. Lainnya adalah sayuran seperti kembang kol, kubis, lobak, selada, dan buah-buahan seperti jeruk, delima, dan buah ara.

Dengan tambahan ini, diet orang Eropa di dunia baru ini tetap mempertahankan sesuatu yang familiar yang mengingatkan mereka akan kampung halaman setiap kali disantap.

Impor tanaman lokal tidak terbatas pada konsumsi pribadi. Sejak penaklukan Madeira dan Kepulauan Canary, ditemukan bahwa penggunaan lahan yang luas untuk membudidayakan tebu atau kapas untuk diekspor ke Eropa ternyata sangat menguntungkan.

"Sistem ini, dikombinasikan dengan eksploitasi dan perbudakan yang ketat, memberi kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi kolonial," tulis Urdapilleta.

Awalnya, penduduk asli menjadi sasaran sistem ini, tetapi di beberapa tempat, kerja keras yang disertai penyakit yang dibawa oleh orang Eropa seperti cacar, pergolakan ekonomi dan sosial, serta perang, mengakibatkan kematian banyak orang selama satu setengah abad pertama penaklukan. Hal ini mengharuskan impor budak dari Afrika, dan kemudian, hewan juga.

Akibatnya hanya dalam beberapa generasi saja sebagian besar penduduk asli Amerika telah menghilang. Diperkirakan sekitar 20 juta orang meninggal setelah invasi Eropa di benua itu dimana angka tersebut mewakili sekitar 95 persen dari total populasi. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.