![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Cilegon dan Budaya Islam Peninggalan Kerajaan Islam Terbesar di Banten
Ilustasi Budaya Keislaman di Cilegon
Foto: Kabar BantenDalam sejarahnya, Cilegon telah menghadapi berbagai fase perkembangan mulai dari masa Kesultanan Banten pada 1651. Kala itu, Cilegon masih berwujud tanah rawa dan perkampungan kecil di bawah kekuasaan Kerajaan Banten.
Dilansir dari Dinas Pariwisata Provinsi Banten, nama 'Cilegon' berasal dari paduan kata 'Ci' atau 'Cai' yang dalam bahasa Sunda memiliki arti 'air' dan 'Legon' atau 'Melegon' berarti 'lengkungan' sehingga kata Cilegon diambil dari istilah kubangan air atau rawa yang mencerminkan kondisi wilayah kota tersebut dahulu.
Barulah pada masa kejayaannya, Kesultanan Banten melakukan pemugaran daerah di Serang dan Cilegon dengan membuka jalur perlintasan yang menghubungkan Jawa dan Sumatera.
Sejak saat itu, mulai banyak orang yang memilih menetap di Cilegon. Berjarak hanya 15 kilometer dari pusat Kesultanan Banten, Cilegon terkenal sebagai pusat penyebaran Islam di Provinsi Banten. Cilegon bahkan masih menjaga budaya keislaman hingga saat ini.
Salah satu ikon yang mencerminkan kebudayaan Islam di Cilegon ditandai dengan masih berdirinya Al Khairiyah, sebuah perguruan Islam peninggalan pahlawan nasional Brigadir Jenderal KH Syamun, seorang tokoh agama berpengaruh sekaligus tentara yang sangat disegani. Pahlawan yang pernah menjadi Komandan Batalyon PETA Pembela Tanah Air (PETA) pada periode 1942 - 1945 itu juga merupakan keturunan KH Wasyid yang memimpin pemberontakan bersejarah Geger Cilegon pada 9 Juli 1888 silam.
Peristiwa bersejarah itu terjadi atas dasar ketidakpuasan masyarakat dan para Ulama di Banten termasuk Cilegon terkait kebijakan yang ditetapkan pemerintah kolonial Belanda. Saat itu Belanda melalui kebijakan politik Pax Neerlandica berupaya menyatukan wilayah-wilayah jajahannya di Nusantara, baik melalui perjanjian dan pendekatan militer.
Kini, Kota Cilegon merupakan salah satu daerah Industri ternama di Provinsi Banten yang dikenal dengan kota Baja. Tidak tanggung-tanggung, Cilegon disebut mampu menghasilkan sekitar enam juta ton baja setiap tahunnya, sekaligus menjadikannya sebagai pusat industri manufaktur baja terbesar tak hanya di Indonesia tapi juga di kawasan Asia Tenggara.
Berita Trending
- 1 Leyton Orient Berharap Kejutkan City
- 2 PPATK Koordinasi ke Aparat Penegak Hukum terkait Perputaran Uang Judi Online Rp28,48 Triliun Jadi Aset Kripto
- 3 Diduga Terlibat Pemerasan, AKBP Bintoro Dipecat dari Polri
- 4 Ini Lima Kunci Sukses Iklan Video di YouTube
- 5 Rencana Perpusnas Mengurangi Jam Operasional Batal
Berita Terkini
-
Perkuat Timnas, Ole Romeny, Tim Geypens, dan Dion Makx Resmi Jadi WNI
-
Peringati HPN, Ketum PP Muhammadiyah Ajak Pers Hadirkan Berita yang Mencerdaskan
-
Klasemen Liga 1: Dewa United Geser Persija di Posisi Kedua
-
Brighton Singkirkan Chelsea dari Piala FA dengan Skor 2-1
-
Makin Bersinar, Demi Moore Raih Aktris Terbaik Critics Choice Awards 2025