Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyebaran Penyakit - Masyarakat Diimbau Tidak Terlalu Khawatir

Cegah Cacar Monyet Masuk RI

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Hingga saat ini belum ditemukan kasus monkeypox atau cacar monyet di Indonesia. Namun, Kementerian Kesehatan tetap akan memaksimalkan alat pendeteksi suhu tubuh manusia di pelabuhan dan bandara tujuan internasional untuk mencegah masuknya penyakit tersebut dari luar negeri.

Menteri Kesehatan, Nila Moeloek mengatakan, penyakit tersebut sudah masuk ke Singapura. Karena itu, kantor kesehatan di pelabuhan Batam maupun pintu masuk utama ke Indonesia dilakukan penguatan pemeriksaan kesehatan.

"Kalau di semua pelabuhan kita punya kantor kesehatan. Artinya, kita perlu karantina, di Soekarno-Hatta kita ada. Bentuknya screening demam, temperatur, seperti CCTV, jadi kalau Anda demam dan lewat situ, kamu gambarnya jadi merah-merah," kata Menkes, di Jakarta, Rabu (15/5).

Selain itu, lanjut Nila, pihaknya juga berupaya mencegah masuknya penyakit tersebut ke Indonesia dengan cara mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dengan menjaga kebersihan lingkungan. "Bukan hanya lingkungan aja, tapi diri sendiri, cuci tangan sebelum makan dan sebagainya," katanya.

Seperti diiketahui bahwa Kementerian Luar Negeri RI mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia (WNI) terkait temuan kasus cacar monyet yang diumumkan otoritas Singapura pada Kamis (9/5).

"WNI yang sedang berada di Singapura untuk tetap tenang dan mengikuti perkembangan situasi ini melalui media lokal maupun laman Kementerian Kesehatan Singapura," demikian imbauan Kemlu melalui media sosial dan situs Safe Travel pada Senin (13/5).

Kasus pertama cacar monyet di Singapura diumumkan setelah seorang warga Nigeria dinyatakan mengidap virus yang diduga berasal dari daging satwa liar yang sempat ia konsumsi di Nigeria, sebelum memasuki Singapura pada 28 April 2019.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, menjelaskan penyakit menular cacar monyet mirip dengan penyakit cacar lainnya, yakni kulit melepuh berisi cairan bening atau nanah dan perlu diwaspadai oleh masyarakat. Gejala awal yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.

Masa inkubasi atau masa dari terinfeksi hingga timbulnya gejala penyakit cacar monyet biasanya enam hingga 16 hari, namun juga bisa antara lima hingga 21 hari.

Gejala akan berlanjut pada munculnya ruam kulit bagian wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai ruam tersebut menghilang.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 hingga 21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak serta terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.

Jangan Khawatir

Secara terpisah, Koordinator One Health Collaborating Center (OHCC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Wayan T Artama, meminta masyarakat tidak terlalu khawatir dengan kemunculan penyakit Cacar Monyet yang menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya (yang disebut terakhir kasus sangat jarang terjadi).

Meski saat ini vaksin cacar monyet belum ditemukan wabah ini sebenarnya telah dapat dikontrol karena masyarakat modern sudah divaksinasi dengan vaksin smallpox yang telah dilakukan sejak 1980 ketika wabah cacar menyebar.

"Masyarakat masih terlindungi karena adanya kekebalan silang dari vaksin smallpox. Menurut laporan, kekebalan ini mencapai 85 persen," kata dia.

Kendati demikian, upaya pencegahan harus tetap dialkukan. Beberapa upaya yang dilakukan seperti menerapkan gaya hidup sehat, menghindari kontak fisik dengan satwa liar selaku reservoir virus, menghindari kontak fisik langsung dengan penderita, menghindari konsumsi bushmeat, serta segera lapor ke dinas kesehatan jika mengalami gejala.ruf/YK/E-3

Penulis : Muhamad Ma'rup, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top