Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Cara Cerdas Mengatasi Anak Obesitas

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Anak Obesitas
Penulis : dr Rendi Aji Prihaningtyas
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan : 2018
Tebal : 208 halaman
ISBN : 978-602-04-5982-0

Dua dekade terakhir, obesitas menjadi masalah banyak negara. Obesitas karena akumulasi lemak yang dapat memicu berbagai penyakit (hal 1). Persentasenya meningkat dari tahun ke tahun. Di negara berkembang, prevalensinya meningkat menjadi 12,9 persen pada laki-laki dan 13,4 persen perempuan (hal 3). Kasusnya tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, obesitas terjadi pada 8,8 persen anak usia 5-12 tahun, 2,5 persen usia 13-15 tahun, dan 1,6 persen usia 16-18 (hal 3). Persentase pada anak usia TK hingga SD paling tinggi. Salah satu penyebabnya, banyak orang memandang bahwa anak gemuk itu lucu dan sehat. Namun, adakalanya kegemukan bukan menjadi pertanda buah hati yang sehat, tetapi awal obesitas.

Salah satu faktor pemicunya adalah lingkungan. Pada zaman modern ini, segala kemudahan hidup membuat buah hati kurang beraktivitas fisik. Mereka menjadi lebih suka melakukan gaya hidup sedentary seperti menonton televisi, bermain game di smartphone, bermain komputer, dan berbagai aktivitas lain yang minim gerakan tubuh. Kegiatan di luar rumah seperti olahraga dan berjalan kaki berkurang. Padahal gaya hidup seperti itu tidak sehat dan terbukti menjadi salah satu penyebab meningkatnya penyakit tidak menular.

Hal tersebut diperparah orang tua yang kurang memperhatikan asupan gizi anak karena sibuk bekerja. Mereka sering makan di luar dan mengonsumsi makanan cepat saji, tanpa kontrol. Makanan yang tidak sehat ditambah kurang aktivitas fisik membuat peluang obesitas lebih besar. Padahal, seharusnya mereka mendapat asupan nutrisi dan aktivitas fisik cukup karena tengah memasuki masa pertumbuhan.

Penyakit ini akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan baik jangka pendek maupun panjang. Buku menjelaskan, anak obesitas memiliki risiko 249,9 kali lipat lebih tinggi menderita sindrom metabolik dibanding anak normal. Sindrom tersebut merupakan salah satu faktor penyebab penyakit kardiovaskuler. Dampak lainnya, peningkatan kadar glukosa dalam darah, gangguan jantung, hormon, kanker, tulang, pernafasan, dan kulit (hal 75).

Tidak hanya kesehatan, kegemukan juga berpengaruh pada mental dan emosi bocah. Anak obesitas memiliki tingkat percaya diri rendah, serta memicu diskriminasi fisik di lingkungan teman sebaya (hal 91). Mereka berisiko diejek atau dibuli. Sering kali itu menumbuhkan rasa rendah diri, sehingga enggan bersosialisasi. Pada saat itulah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk selalu mendukung dan memotivasi.

Buku ini dapat menjadi referensi orang tua memahami seluk-beluk obesitas anak. Ada juga cara mengenal penyakit tersebut secara umum. Kemudian, cara menilainya, dampak bagi kesehatan, hingga cara mencegahnya. Tak hanya itu, buku juga membahas seputar cara mengatasi anak yang telanjur obesitas. Hal itu penting untuk menurunkan risiko penyakit akibat komplikasi kegemukan.

Buku juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dan teman terdekat pada anak obesitas. Dukungan tersebut bisa berupa motivasi untuk menurunkan berat badan, tapi bukan dengan paksaan. Cara lainnya, membimbing pola hidup sehat dengan menyantap makanan bergizi dan olahraga secara teratur.

Kebiasaan tersebut harus dijadikan gaya hidup karena anak obesitas memiliki risiko 5 kali lebih tinggi menderita penyakit yang sama saat dewasa (hal 105). Sehingga upaya ini dapat menurunkan risiko penyakit masa depan. Diresensi Wening Niki Yuntari, Mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta

Komentar

Komentar
()

Top