Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Perseroan

Capex Emiten Perkebunan Capai Rp400 Miliar

Foto : Koran Jakarta/M Fachri

USAI RUPS - Direktur Utama PT Eagle High Plantations Tbk (EHP), Nicolaas B Tirtadinata (tengah) berbincang bersama sejumlah direksi, dari kiri: Direktur Henderi Djunaidi, Deddy Setiadi, Collin Munang, dan Direktur Independen Yap Tjay Soen usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Rapat Umum Luar Biasa, di Jakarta, Kamis (31/5).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Emiten perkebunan, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mengalokasikan belanja modal (capital expendicture/capex) tahun ini sebesar 400 miliar rupiah. Nilai alokasi dana capex tahun ini sama dengan tahun sebelumnya, ditujukan untuk pembangunan abrik Kelapa Sawit (PKS) di Kalimantan Timur dan PKS di Papua.

Direktur Utama Eagle High Plantation, Nicolaas B Tirtadinata, mengatakan pembangunan PKS baru di Kalimantan Timur tersebut memiliki kapasitas produksi 60 ton per jam. Rencananya, PKS tersebut akan mulai dibangun pada kuartal empat tahun ini. Di samping membangun PKS baru, Perseroan juga berencana membangun bulking station di Kalimantan Timur juga.

Bulking station ini rencananya memiliki kapasitas simpan sebesar 4.000 MT. "Rencana pembangunan PKS ini sebagai langkah perusahaan untuk mengolah tandan buah segar (TBS) dari kebun inti dan plasma perusahaan, seiiring dengan bertambahnya tanaman menghasilkan memasuki usia prima pada dua tahun mendatang," ungkap dia di Jakarta, pekan lalu (31/5).

Diharapkan pabrik baru ini juga dapat menerima dan mengolah TBS dari kebun masyarakat sekitar Perseroan sebagai bagian dari kemitraan sehingga kelangsungan usaha perusahaan bisa berkelanjutan. Dalam mewujudkan pembangunan PKS baru ini, Perseroan telah menyiapkan anggaran sebesar 280 miliar rupiah.

"Diperkirakan PKS baru ini akan beroperasi secara komersial pada tahun 2020," jelas dia. Adapun pendanaan capex berasal dari ekuitas 30 persen dan pinjaman perbankan 70 persen. Perseroan pun belum tertarik melakukan refinancing atau menerbitkan obligasi. Sementara itu untuk PKS di Papua, Perseroan tengah dalam proses menyelesaikan PKS kesembilan tersebut.
Halaman Selanjutnya....

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top