Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ancaman Krisis Air - Di India, 600 Juta Orang Menghadapi Kekurangan Air Akut

Butuh Antisipasi Krisis Air yang Berjangka Panjang

Foto : ANTARA/Dedhez Anggara

Warga mengambil air di sebuah kubangan di desa Parean, Kecamatan Kandanghaur, Indramayu, Jawa Barat, Jumat (28/6/2019). Warga di desa tersebut mengaku sudah sebulan terakhir sulit mendapat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indonesia, sebagai negara yang memiliki dua musim, selalu berpotensi mengalami krisis air karena ancaman kekeringan yang dihadapi setiap tahun. Dalam sebulan terakhir, sedikitnya 10 daerah di Jawa dikabarkan rawan krisis air bersih.

Sementara itu, pemerintah mengungkapkan akses air bersih seluruh masyarakat Indonesia baru 72 persen hingga akhir 2018. Sedangkan tahun ini diperkirakan akses air bersih mencapai 77 persen, jadi masih 23 persen menuju 100 persen. Itu berarti, pencapaian tersebut masih jauh dari target yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, bahwa seluruh masyarakat Indonesia harus memiliki akses terhadap air bersih.

Pakar rekayasa dan manajemen air tanah, Mas Agus Mardyanto, mengatakan bencana kekeringan selalu terjadi setiap tahun karena kurangnya antisipasi pemerintah yang bersifat menyeluruh dan jangka panjang. "Untuk itu, persiapan dan upaya yang harus dilakukan terutama memperkuat cadangan air tanah melalui penghijuan," kata Mas Agung, yang juga Wakil Rektor ITS Surabaya, ketika dihubungi, Jumat (28/6).

Meskipun kekeringan adalah fenomena yang rutin, lanjut dia, namun hal itu akan menjadi parah jika negara tidak mempersiapkan diri. "Selama ini kekeringan terjadi karena permukaan air sungai turun, yang hakikatnya dari air tanah. Maka yang harus dilakukan adalah menjaga dan memperkuat cadangan air tanah agar tidak cepat berkurang," papar dia.

Mas Agus menjelaskan menambah jumlah waduk tidak akan berdampak besar karena bendungan sifatnya terbuka, sehingga saat kemarau dalam 2-3 bulan akan menguap. Selain itu, air waduk juga digunakan setiap hari, maka akan lebih cepat habis. Untuk itu, yang bisa dilakukan adalah penanganan reboisasi menjadi penting untuk menambah cadangan air tanah.

Terkait krisis air bersih, dikabarkan, musim kemarau panjang tahun ini mengakibatkan sejumlah daerah di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dilanda kekeringan. Sedikitnya 68 desa di 11 kecamatan mulai kesulitan mendapatkan air bersih sejak beberapa pekan terakhir.

Ketua Departemen Teknik Geologi UGM, Heru Hendrayana, mengemukakan kekeringan yang terjadi di sejumlah daerah setiap kemarau panjang masih dalam tahap normal. Kekeringan itu adalah kekeringan permukaan yang terkait langsung dengan curah hujan. Adapun ketersediaan air di bawah tanah sebenarnya belum banyak dimanfaatkan.

"Artinya, sebenarnya masalah penting di kita adalah di pengelolaan dan kesadaran negara, masyarakat, dan pelaku bisnis atau pasar," jelas dia. Di Indonesia, menurut Heru, sudah banyak aturan yang melindungi sumber daya air dari pemanfaatan yang berlebihan.

Di perkotaan, misalnya, izin untuk memanfaatkan air tanah oleh hotel, perkantoran, mal, dan sebagainya, sebenarnya sudah diatur ketat. Namun pelaksanaan di lapangan yang tidak sesuai aturan dan tidak ada penindakan serius oleh negara.

Bencana di India

Dampak krisis air yang parah dikabarkan melanda India. Para ahli khawatir karena India hanya memiliki waktu lima tahun untuk menyelesaikan krisis airnya. Kalau tidak, ratusan juta nyawa akan berada dalam bahaya. CNN, Jumat, melaporkan negara terpadat kedua di dunia dikabarkan kehabisan air bersih.

Sekitar 100 juta orang di seluruh India berada di garis depan krisis air nasional. Menurut laporan tahun 2018 oleh lembaga yang dikelola pemerintah NITI Aayog, sebanyak 21 kota besar di negara itu siap untuk kehabisan air tanah mulai tahun depan.

Air tanah yang terus menipis selama bertahun-tahun, merupakan 40 persen dari pasokan air negara. Bahkan, sumber air lain juga mengering karena hampir dua pertiga waduk India mengalir di bawah permukaan air normal, kata Komisi Pusat Air negara itu. Di beberapa tempat di India, bencana telah tiba.

Keempat waduk yang memasok Chennai, kota terbesar keenam di India, hampir kering. Ratusan ribu penduduk mengantre setiap hari untuk mengisi pot mereka di tangki air pemerintah. Fenomena ini mungkin menggambarkan sekilas tentang masa depan India yang lebih luas saat krisis air menyebar.

Menurut laporan NITI Aayog, tercatat sudah 600 juta orang menghadapi kekurangan air akut di penjuru negeri dan 200.000 meninggal setiap tahun karena pasokan air yang tidak memadai atau tidak aman.

YK/SB/WP

Penulis : Eko S, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top