Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nostalgia

Busana Siap Pakai yang Terinspirasi dari Kisah Perjalanan

Foto : dok. tim muara badgja
A   A   A   Pengaturan Font

Menjelang Ramadan, desainer ternama Indonesia Ivan Gunawan mengeluarkan rancangan terbarunya dari koleksi Mandjha dan Khalif sebagai pilihan masyarakat dalam mencari inspirasi untuk busana Lebaran.

Bertajuk Nostalgia, Ivan mengambil tema yang mencakup apa yang telah dilaluinya selama ini, termasuk perjalanan berliburnya ke Eropa yang meninggalkan banyak kesan dan inspirasi.

Ia terinspirasi dari arsitektur bangunan dan gaya hidup Eropa kala musim semi, di mana saat itu sedang mengalami masa transisi dari musim dingin ke musim semi. "Musim semi itu dingin tidak, panas juga tidak. Tetapi, daun-daun yang rontok itu romantis sekali jadilah keluar koleksi yang menjadi semangat karena suasana seperti itu," cerita Ivan pada Koran Jakarta.

Berbeda dari koleksi Mandjha sebelumnya, kali ini ia lebih memainkan tampilan yang berlapis-lapis sehingga dapat menimbulkan kesan dramatis serta simpel di hari istimewa. Ia menggunakan warna-warna pekat seperti cokelat, navy blue, warna tanah, mustard, peach, hijau dan putih untuk melukiskan suasana romantis yang ia rasakan.

Ia mengambil keindahan arsitektur bergaya Barok dan sedikit gothic dari kota-kota besar di Eropa, seperti Paris, London, Amsterdam dan keindahan negara Turki pada koleksi Mandjha kali ini.

Ivan memadupadankan bahantweed yang merupakan wol yang ditenun dan bertekstur kasar dengan bahan voile yang ringan dan brokat yang halus. Padu padan itu menghasilkan pakaian yang indah, namun simpel dan dapat merepresentasikan dengan baik keromantisan yang Ivan Gunawan coba tunjukan.

Siluetnya pun ia lebih loose dengan berbagai ornamen seperti smock pada bagian lengan bawah, biku-biku pada bawahan, flounce pada terusan dan frills di jaketnya.

Ada 120 looks yang ia tampilkan pada pagelaran busana tunggal ini, terdiri dari 60 looks koleksi Mandjha, 40 looks koleksi Khalif dan 20 set koleksi gabungan dari keduanya untuk keluarga. Set panggung yang kala itu menampilkan taman dengan daun-daunan rontok memenuhi panggung runway sangat mendukung pagelaran busana pada saat itu, membuat koleksi Ivan Gunawan semakin syahdu.

Untuk koleksi Khalif sendiri, Ivan menawarkan koleksi baju pria special occasion Ramadan, dengan model kemeja berkerah yang membuat kesan baju tersebut siap dipakai dan mudah digunakan. Ia mempertahankan kesan maskulin dan aksen patchwork untuk menambahkan kesan pada kemeja berbahan tebal. Koleksinya pun bergaya lebih kasual karena Ivan yang menargetkan pakaiannya untuk semua lapisan masyarakat. "Karena lebaran di Indonesia tidak di ballroom-ballroom, tetapi lebaran di rumah sehingga menjadi lebih santai dan bisa bersosialisasi dengan tetangga menjadi jauh lebih enak," tambah Ivan.

Dengan waktu 6 bulan pengerjaannya, ia tidak merasa kesulitan sama sekali dalam membuat busana modest dalam edisi terbatas ini. Kendalanya menurut Ivan hanyalah pada produksi yang banyak itu, namun asalkan memiliki estimasi waktu yang tepat tidak akan menjadi masalah. gma/R-1

Edukasi Padupadan Busana

Bulan Ramadan tidak terasa sebentar lagi, sebagai salah satu desainer dengan busana modest, Ivan Gunawan mengatakan bahwa untuk tren busana Lebaran kali ini akan lebih ke motif bunga-bunga kecil dan berbahan lace. Itu dikarenakan pada Lebaran, orang-orang lebih menyukai pakaian dengan cutting yang simpel. "Tren lebaran tidak mau ikuti orang, jadi motif seperti bunga-bunga kecil dan bahan lace itu nantinya akan menjadi primadona," ujarnya.

Menurutnya, pakaian yang cenderung ribet dan sulit dikenakan akan kurang diminati karena alasan kenyamanan. Untuk itulah, ia menciptakan busana yang ringan pada koleksinya kali ini yang selain mudah dikenakan juga dapat dipadupadankan dengan pakaian lain.

"Perlu banget muslimah dikasih edukasi mengenai mix and match pakaian. Banyak desainer pakaian modest, tetapi edukasi berpakaian agar tetap modis, tetap syar'i, sesuai dengan aturan yang masih kurang," lanjutnya.

Untuk itulah, para desainer banyak menciptakan kreasi look yang beragam agar setiap orang dapat menentukan gaya berpakaian masing-masing. Karena sejatinya, setiap orang harus memiliki personal style-nya masing-masing terutama dalam berpakaian dan setiap orang tidak memiliki gaya yang sama.

Seorang desainer pun tidak bisa menentukan personal style seperti apa yang kostumer inginkan sesuai dengan karakter dirinya. Begitupun dengan busana pria karena fashion modest tidak hanya berbicara mengenai fashion perempuan, melainkan juga laki-laki. "(Kita) tidak bisa harus mengikuti (gaya desainer), karena setiap orang punya personal style masing-masing," kata Ivan. gma/R-1

Peluang Indonesia Besar

Nama Ivan Gunawan sebagai salah satu desainer ternama Indonesia tentunya sudah sangat dikenal di seluruh lapisan masyarakat. Beberapa kali ia merancang pakaian untuk finalis Indonesia ke ajang puteri sejagat, Miss Universe dan Miss International dan meraih penghargaan Gaun Terbaik pada 2017.

Ivan bahkan dipercaya untuk merancang gaun untuk Putri Georgia ketika ia berkunjung ke Indonesia akhir tahun lalu. Meskipun begitu, Ivan masih menganggap peluangnya di Indonesia besar, khususnya untuk busana modest ketimbang harus ekspansi ke luar negeri.

"Melihat peluang di Indonesia cukup besar, apalagi orang Indonesia itu konsumtif, suka belanja. Kalau mengeluarkan produk, cepat sekali habisnya. Daripada ke luar negeri yang tidak kenal siapa-siapa, belum tahu bagaimana celahnya dan itu yang menjadi PR gimana mengekspansi ke luar negeri," cerita Ivan.

Ia menuturkan, belum lagi harus membutuhkan modal yang besar jika ingin memperluas market-nya ke luar negeri. Lagi, mereka harus memiliki pondasi yang kuat dan jangan terburu-buru. Pekan mode sering kali menjadi ajang promosi desainer-desainer mengenai rancangan terbarunya sehingga masyarakat dan buyer tertarik untuk membeli pakaian mereka. Namun yang sering kali disalahartikan oleh masyarakat adalah pekan mode hanya sebagai ajang memperlihatkan koleksi terbaru seorang desainer.

"Kenapa membuat fashion festival seperti ini karena kita tahu target market kita di mana, mau menjual di mana, targetnya seperti apa dan itu semua penting. Tidak bisa membuat pergelaran busana karena cuma untuk reputasi saja, capek-capek untuk seperti itu saja," pungkas Ivan.gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top