Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Buntut Peretasan Bjorka, Pakar Siber Desak Kominfo dan Badan Siber Diaudit Akibat Kinerja Tak Jelas

Foto : Antara

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate.

A   A   A   Pengaturan Font

Pakar siber Teguh Aprianto mengkritisi pembentukan tim respons darurat alias emergency response atas rentetan kebocoran data oleh hacker Bjorka.

Menurut Teguh, anggaran pembentukan tim gabungan itu lebih baik digunakan untuk mengaudit kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang dinilainya tidak jelas.

"Daripada tim ini dibikin cuma untuk ngurusin 1 orang atau 1 kelompok, mendingan dipake untuk audit @kemkominfo dan @BSSN_RI secara keseluruhan," ujar Teguh.

"Periksa apakah selama ini mereka beneran kerja apa engga. Indikator kinerja mereka selama ini gimana?" sambungnya.

Pasalnya, Teguh menilai negara tidak perlu membentuk tim gabungan mengingat sudah ada BSSN yang menangani keamanan siber di Indonesia.

"Udah ada lembaga siber tapi kasus begini sampai bikin tim khusus gabungan 4 instansi. Kenapa ga dibubarin sekalian aja itu BSSN?" ujar Teguh melalui akun Twitter @secgron, pada Selasa (13/9).

Diketahui, Presiden Jokowi meminta pembentukan tim gabungan untuk merespons kasus kebocoran data oleh hacker Bjorka. Tim respons darurat nantinya beranggotakan Kominfo, BSSN, Cyber Crime Bareskrim Polri, dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Pada sisi lain, Kepala BSSN Hinsa Siburian menjelaskan tim respons darurat dibentuk untuk mengantisipasi potensi krisis di masa datang.

"Nah, ini tugasnya nanti bagaimana pencegahannya dan bagaimana kalau terjadi suatu krisis tim ini sudah siap," ungkapnya, pada Selasa (13/9).

Hinsa menilai tim gabungan diperlukan mengingat tidak ada satu negara yang bisa lepas dari serangan siber. Karena itu, seiring dengan perkembangan teknologi perlu dibentuk tim khusus sebagai upaya preventif dari potensi krisis akibat serangan hacker yang pastinya turut berkembang.

"Perlu kita sadari juga tidak ada satu negara pun di dunia ini yang men-declare di bidang siber aman 100 persen," ucapnya.

"Jadi dalam menghadapi ini mengantisipasi dan mengevaluasi dan kesiapan terus. Jadi ndak boleh sombong, 'oh kami sudah kuat, sistem kami paling hebat', tidak ada. Karena apa? Teknologi kan berkembang, hacker dan ancaman berkembang," jelas Hinsa.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top