Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bung Karno dan Ibu Fatmawati Menyamar Demi Hindari Tentara Belanda

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Setelah tahu Jepang kalah perang, beberapa tokoh di Indonesia kemudian melakukan persiapan untuk mendeklarasikan kemerdekaan. Maka sejarah mencatat pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta, dua pemimpin bangsa memproklamirkan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.

Namun, bukan berarti setelah kemerdekaan diproklamirkan, Indonesia bisa bebas merdeka. Sebab setelah Jepang datang, tentara sekutu datang ke Tanah Air. Rupanya, kedatangan pasukan sekutu diikuti oleh tentara Belanda. Ini yang kemudian memicu perang kemerdekaan yang berkepanjangan. Sebab kedatangan tentara Belanda ke Indonesia adalah untuk kembali menjajah.

Suasana Jakarta ketika itu dengan kedatangan tentara Sekutu dan Belanda menjadi memanas. Kontak tembak antara tentara Belanda dan para pejuang republik pun tak terhindarkan. Jakarta menjadi tak aman.

Ada sebuah kisah menarik ketika suasana Jakarta sedang tegang-tegangnya saat itu. Keselamatan Bung Karno dan Bung Hatta pun terancam dengan aksi sepihak tentara Belanda. Keduanya jadi incaran tentara Belanda. Maka untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan Bung Karno dan keluarganya diam-diam mengungsi keluar dari tengah kota Jakarta.

Mengutip buku Detik-detik Proklamasi Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan Republik, yang ditulis Arifin Suryo Nugroho dan Ipong Jazimah (2011), demi lolos dari pantauan tentara Belanda, Bung Karno dan Fatmawati, istrinya sampai harus menyamar.

Menurut Arifin dan Ipong dalam bukunya, selama satu bulan, Fatmawati menyamar sebagai tukang pecel. Sementara Bung Karno menyamar sebagai tukang sayur. Agar penyamaran sempurna, Bung Karno menyamar sebagai tukang sayur berkaki pincang.

Seiring makin banyaknya tentara Belanda yang mendarat, Bung Karno dan Bung Hatta pun akhirnya memilih untuk menyingkir ke Yogyakarta dan melanjutkan perjuangan dari Kota Gudeg tersebut. Sejarah pun akhirnya mencatat, Belanda menyerbu Yogyakarta yang ketika itu jadi Ibukota Republik. Peristiwa itu dikenal sebagai agresi militer Belanda II. ags/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top