Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bumi Kita dan Mencairnya Gunung Es

Foto : SAUL LOEB/AFP
A   A   A   Pengaturan Font

Peran nyata warga negara untuk mengatasi peningkatan suhu di planet bumi di antaranya dengan mengurangi menggunakan kendaraan pribadi terutama yang berbahan bakar fosil.

Sudah lama kita merasakan bahwa bumi yang kita tempati ini semakin panas. Lihat saja, penyejuk udara (AC, air conditioner) yang tadinya menjadi konsumsi penduduk perkotaan di dataran rendah dan pesisir yang berhawa panas, kini juga banyak digunakan di desa-desa bahkan di desa di pegunungan.

Hotel-hotel atau tempat penginapan zaman dulu masih ada yang tidak menggunakan AC. Tetapi kini jangankan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, hotel-hotel di Puncak dan Kota Batu yang berada di ketinggian sekitar 1.000 mdpl (meter di atas permukaan laut) pun harus menyediakan AC kalau tak mau hotelnya melompong.

Begitu juga angkutan umum jarak jauh seperti bus antar kota antar provinsi (AKAP), nyaris tidak ada lagi yang tidak menggunakan penyejuk ruangan. Bahkan semua perjalanan kereta api rute Jakarta-Surabaya dan sebaliknya, dari yang harganya di atas satu juta rupiah hingga kelas ekonomi yang harganya 150 ribu rupiah, sudah menggunakan AC.

Dan itu bisa dimaklumi karena suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 plus minus 0,18 derajat Celsius atau 1,33 plus minus 0,32 derajat Fahrenheit selama seratus tahun terakhir. Intergovemental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca karena aktivitas manusia.

Makanya tidak terlalu mengejutkan jika bongkahan gunung es raksasa, mungkin gunung es terbesar di dunia, lepas dari lapisan es di Benua Antartika pada pertengahan Mei 2021. Bongkahan gunung es yang bernama A-76 tersebut, mengapung di Laut Weddell.

Kabar terbaru dari peneliti Denmark menyebutkan, lapisan es di Greenland telah mengalami "peristiwa pencairan besar-besaran" selama gelombang panas yang mencapai suhu lebih dari 10 derajat. Situs web Polar Portal yang dikelola oleh para peneliti ilmuwan Denmark itu melaporkan sejak Rabu, 29 Juli 2021, lapisan es yang menutupi wilayah Arktik, telah mencair sekitar delapan miliar ton per hari, dua kali lipat dari rata-rata rata-rata selama musim panas.

Institut Meteorologi Denmark melaporkan suhu lebih dari 20 derajat Celcius, lebih dari dua kali suhu musim panas rata-rata normal, di Greenland utara. Dan bandara Nerlerit Inaat di timur laut wilayah itu, pada Kamis mencatat 23,4 derajat, rekor tertinggi sejak pencatatan dimulai.

"Dengan gelombang panas yang mempengaruhi sebagian besar Greenland hari itu, peristiwa pencairan besar-besaran yang melibatkan air yang cukup untuk menutupi Florida hingga dua inci (5 centimeter) air," bunyi laporan tersebut.

Intinya, setiap mencairnya gunung es akan berpotensi meningkatkan permukaan air laut dan bisa mengakibatkan bencana. Suatu studi menyebutkan, meningkatnya permukaan air laut bisa membanjiri wilayah pesisir yang dihuni oleh 480 juta jiwa.

Makanya sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga Planet Bumi ini tetap nyaman dihuni. Selain perjanjian dan kesepakatan yang sudah kita ratifikasi kita jalankan, antisipasi yang bisa kita lakukan adalah senantiasa menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan atau berkesinambungan yang berwawasan lingkungan hidup. Penerapan ini menuntut peran serta semua warga negara, bukan dibebankan kepada pemerintah saja.

Peran nyata warga negara untuk mengatasi peningkatan suhu di planet bumi di antaranya dengan mengurangi menggunakan kendaraan pribadi terutama yang berbahan bakar fosil dan beralih ke angkutan umum. Selain menghemat, juga untuk mengurangi polusi udara. Kemudian memperbanyak penggunaan energi alternatif seperti memanfaatkan sinar matahari yang sepanjang tahun bersinar lebih dari 12 jam di wilayah Indonesia. n


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top