Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Pemerintah

Bulog Telah Menyerap Beras Lokal Mencapai 700 Ribu Ton

Foto : ANTARA/DEDHEZ ANGGARA

Dua orang pekerja mengangkut beras lokal serapan dari petani di gudang Bulog Indramayu, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perum Bulog telah melakukan penyerapan beras lokal mencapai 700 ribu ton setara beras. Jumlah tersebut melebihi dari yang ditargetkan pemerintah sebanyak 600 ribu ton pada semester 1 di tahun 2024.

"Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton," kata Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (15/6).

Seperti dikutip dari Antara, Bayu menyampaikan pihaknya optimistis bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini. "Impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada," ujar Bayu.

Dia menyebutkan saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang dimiliki oleh Perum Bulog sebanyak 1,8 juta ton. Dari jumlah tersebut 30 persen berasal dari stok dalam negeri.

"Hal ini tentunya merupakan suatu pencapaian tersendiri, mengingat masa pengadaan dalam negeri yang singkat disebabkan masa panen padi yang pendek sekitar dua sampai tiga bulan," jelas Bayu.

Untuk bisa menyerap gabah dalam negeri secara maksimal, lanjut Bayu, pengadaan Perum Bulog memiliki beberapa mekanisme di antaranya pertama adalah membeli gabah dan menunggu di gudang.

"Hal ini hanya bisa dilakukan di 10 sentra penggilingan padi yang dimiliki Perum Bulog di mana kami bisa menyerap gabah dalam jumlah yang cukup banyak," jelasnya.

Jemput ke Petani

Kedua, membeli gabah dengan cara menjemput ke petani. Kemudian, mekanisme ketiga adalah membeli beras asalan dari penggilingan-penggilingan padi kecil yang dibeli dan diolah sehingga menghasilkan beras sesuai kemauan pasar.

Lebih lanjut, Bayu mengatakan meskipun penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun persoalan serius terdapat pada proses produksi.

"Jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung. Teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, saat ini seakan makin nyata dengan berbagai negara di dunia mulai dihantui oleh krisis pangan," tuturnya.

Selain jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, lanjut Bayu, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan.

"Menjawab tantangan, Perum Bulog kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas pangan nasional," jelasnya.

Perum Bulog yang saat ini memiliki fungsi sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah, kata Bayu, tentunya mengalami tantangan tersendiri dalam menuntaskan persoalan ketahanan pangan.

Karena persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.

"Perum Bulog hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri," katanya.

Ia menambahkan, Perum Bulog mulai masuk ke ranah hulu dengan memiliki program bernama mitra tani. Program tersebut untuk membantu peningkatan produktivitas pertanian petani.

"Key Performance Indicator (KPI) kami adalah meningkatkan produktivitas petani melalui program ini, bukan semata-mata hanya untuk bisa mendapatkan beras. Kalau petani bisa meningkatkan produktivitasnya maka secara makro ada peningkatan produksi beras. Saat ini sudah ada 250 hektare lahan yang dikelola dalam program ini," Bayu menerangkan.

Selain itu, Perum Bulog terus berupaya menjaga stabilitas pangan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan salah satu visi transformasi yang sedang dilakukan oleh Perum BUMN di bidang pangan tersebut.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top