Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilisasi Pangan

Bulog-Pemprov Jabar Antisipasi Gejolak Harga Beras

Foto : Koran Jakarta/ Teguh Rahardjo

Cek Stok I Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa berbincang dengan Kepala Perum Bulog Jawa Barat Ahmad Mamun saat melihat stok persediaan beras di Gudang Bulog Gedebage Kota Bandung, Kamis (3/1).

A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Musim tanam mundur dikhawatirkan bisa mendorong kenaikan harga beras pada awal tahun ini. Untuk mengantisipasinya, Perum Bulog Jawa Barat (Jabar) bersama Pemprov Jawa Barat meluncurkan program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga beras medium, Kamis (3/1).

Program ini diluncurkan oleh Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa bersama Kepala Perum Bulog Jawa Barat Ahmad Mamun di Gudang Bulog Gedebage Kota Bandung. "Ada lima pasar yang menjadi lokasi kegiatan yakni Pasar Kiaracondong, Kosambi, Andir, Sederhana dan Pasar Baru. Setiap hari kami salurkan 100 ton beras kelas medium sesuai harga eceran tertinggi, 9.450 rupiah per kilogram," ujar Kepala Perum Bulog Divre Jawa Barat Ahmad Mamun.

Dia mengatakan, dalam sehari, Bulog Jabar menyiapkan 1000 ton beras untuk disalurkan ke berbagai pelosok wilayah melalui Sub Divre Bulog terdekat. Dia menambahkan stok beras di gudang Bulog masih aman, bahkan memiliki ketahanan hingga 16 bulan ke depan.

"Stok saat ini di seluruh gudang di Jabar 230 ribu ton. Jumlah ini terbesar dalam sepuluh tahun terakhir," jelasnya.

Selain untuk operasi stabilisasi harga, menurutnya, Bulog juga siap menyalurkan beras bagi korban bencana di Jabar.

Sekda Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan beras menjadi komoditas stratgeis dan selalu menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Sehingga terus berusaha agar stok tercukupi dengan harga yang terjangkau.

Dia mengakui rata-rata harga beras di Jabar selalu di atas HET. Dengan adanya informasi gerakan pasokan beras ke pasar tradisional diharapkan harga beras di Jabar tidak terus mengalami kenaikan.

Kegiatan dilakukan pada awal tahun, menurut Iwa, karena ada kemungkinan waktu panen tahun 2019 mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan musim tanam akhir tahun 2018 juga mundur dari biasanya.

Dia menyebutkan, pada musim tanam Oktober hingga Desember 2018 hanya mencapai 87,8 persen dari target luas tanam, yakni sekitar 583 ribu hektare. Padahal target seharusnya mencapai 667 ribu hektar lebih.

Inflasi Memanas

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Doddy Herlando menyebutkan inflasi daerah pada 2018 tercatat 4,54 persen, di atas catatan nasional 3,13 persen. Menurutnya, kenaikan harga beras menjadi pendorong utamanya. tgh/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top