Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pelestarian Hayati

BRIN Bangun 25 Stasiun Riset Pengembangan dan Penelitian

Foto : Antara/Suriani Mappong

Tangkapan layar terkait tantangan pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros pada saat FGD secara virtual di Makassar. Kamis (10/2/2022).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mempersiapkan perencanaan pembangunan 25 stasiun riset untuk pengelolaan keanekaragaman hayati berkelanjutan dan bioprospeksi di berbagai wilayah. Demikian disampaikan Kepala Pusat Riset Biologi BRIN, Anang S Achmadi, di Jakarta, Selasa (1/3).

Menurutnya, setelah lima tahun beroperasi, diharapkan stasiun-stasiun tersebut menjadi swakelola berbasis collaborative management (manajemen kolaboratif) oleh para periset. Kelak bisa diisi para mahasiswa dari universitas dan pihak lain.

Anang pembangunan stasiun riset di 25 lokasi tersebut masih dalam proses persiapan. Selain itu, akan ada kolaborasi dengan para pemangku kepentingan di tiap-tiap lokasi. Kerja sama mulai dari unit pelaksana teknis kementerian/lembaga, akademisi, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat dan warga.

Pembangunan stasiun riset tersebut ditargetkan terlaksana tahun depan sebagai pengembangan pengelolaan keanekaragaman hayati berkelanjutan di daerah-daerah. Juga sebagai implementasi untuk menjawab tantangan akan critical mass terkait riset dan inovasi.

Saat ini, BRIN telah mengidentifikasi kebutuhan topik riset keanekaragaman hayati di calon lokasi stasiun riset. Anang menambahkan, kelak stasiun riset juga akan dibangun sesuai dengan karakter daerah. Kini, BRIN sedang menggali potensi dan karakter tiap daerah. "Kami berharap ada dampak ekonomi dari kegiatan riset di tiap-tiap stasiun," tandas Anang.

Kerja Spesifik
Sementara itu, pelaksana tugas deputi Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN, Agus Haryono, mengutarakan, forum G20 perlu merumuskan kerangka kerja spesifik untuk riset potensial seperti keanekaragaman hayati dan energi baru terbarukan.

"Perlu komitmen dalam kerja sama riset dan inovasi. Selain itu, juga perlu kerangka kerja spesifik, layak, dan dapat ditindaklanjuti," ujar Agus. Ada empat bidang riset potensial: keanekaragaman hayati, laut-ilmu kelautan, antariksa-ilmu kebumian, serta energi baru terbarukan.

Untuk itu, serangkaian pertemuan dengan perwakilan negara-negara anggota G20 akan membahas usulan kerangka kerja yang spesifik, praktis, dan layak untuk berbagi fasilitas. Perumusan kerangka kerja spesifik tersebut menjadi bagian dari upaya meningkatkan kerja sama riset negara-negara anggota.

Agus menekankan, kerja sama riset menjadi prioritas dalam Pertemuan Inisiatif Riset dan Inovasi (RIIG) G20. RIIG juga akan memperkuat kolaborasi riset dalam bidang ilmu kelautan, mempertajam fokus pada energi baru terbarukan, serta menawarkan upaya yang lebih terarah pada sumber energi terbarukan tertentu.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Antara, Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top