Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sekolah Tanggap I Guru Jakbar Gunakan Aplikasi "Belajar.id"

BPBD Bina 243 Sekolah Aman Bencana

Foto : ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

Pelajar mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka di salah satu sekolah di Jakarta, Jumat (9/4/2021).

A   A   A   Pengaturan Font

Adakan simulasi penanganan bencana di sekolah minimal satu tahun sekali, evaluasi, dan sosialisasi.

JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta membina sedikitnya 243 sekolah/madrasah aman bencana untuk mendukung kesiapsiagaan menanggulangi bencana. "Sekolah tersebut merupakan prioritas di daerah rawan bencana," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI, Isnawa Adji, di Jakarta, Senin.
Sebanyak 243 sekolah tersebut adalah gabungan sekolah, madrasah, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan DKI dan Kantor Wilayah Kementerian Agama. Sedangkan BPBD DKI mencatat total jumlah sekolah di Jakarta mencapai sekitar 5.500 unit dan sekitar 1.600 madrasah.
Isnawati mendahulukan program sekolah aman bencana di 243 unit tersebut karena berada di daerah rawan bencana. Meski demikian, pihaknya sudah melakukan edukasi kepada sekitar 5.000 kepala sekolah.
"Memang belum mencapai semua sekolah tapi kami prioritaskan sekolah di kelurahan yang rawan banjir, kebakaran. Nanti sambil berjalan akan dilakukan terus," ucapnya. Program sekolah/madrasah aman bencana tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 187 Tahun 2016 yang diterbitkan Gubernur DKI saat itu yaitu Basuki Tjahaja Purnama.
Dalam Pergub itu dijelaskan BPBD DKI salah satunya menyediakan sarana dan prasarana keselamatan sekolah/madrasah aman dari bencana.
Sementara itu, indikator pelaksanaan program itu di antaranya adanya penetapan peta ancaman bencana sekolah oleh kepala sekolah, prosedur tetap penanggulangan bencana dan ditetapkan rencana aksi sekolah.
Kemudian, ada tim siaga bencana, diajarkan modul penanggulangan bencana banjir, kebakaran, gempa bumi, dan angin topan bagi pelajar hingga tenaga pengajar yang membimbing program tersebut. Selain itu, tersedianya sarana dan prasarana yakni alat pemadam api ringan, pelampung, tali tambang, rambu kebencanaan, alat pertolongan pertama dan sirene.
Tak hanya itu, juga mencakup simulasi penanganan bencana di sekolah minimal satu tahun sekali, evaluasi dan sosialisasi.

"Belajar. Id"
Sementara itu, para guru di Jakarta Barat memastikan menggunakan aplikasi belajar.id untuk mendidik siswa dengan materi secara daring. "Ketika pemerintah menyediakan aplikasi baru kita akan ikuti. Kami senang dengan teman-teman guru di wilayah memiliki kreativitas tinggi," kata Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat II, Junaedi di Jakarta, Senin.
Menurut Junaedi, aplikasi belajar.id mendorong para tenaga pendidik untuk lebih kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran kepada murid. Selain itu, guru juga dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi sehingga tidak terkendala saat belajar secara daring.
"Dibutuhkan kreativitas pendidikan yang bisa mengimbas ke peserta didik," ujar Junaedi. Dampaknya, lanjut Junaedi, materi yang disampaikan secara daring pun lebih efektif diterima oleh para murid. Dengan demikian, pembelajaran dengan cara daring ini pun patut untuk dilanjutkan walaupun saat ini DKI Jakarta sudah hampir melewati massa pandemi.
Walau demikian, Junaedi mengaku ada beberapa pelajaran yang lebih efektif disampaikan dengan tatap muka. Beberapa mata pelajaran tersebut berkaitan dengan kegiatan praktik. Namun demikian, Junaedi meyakini para guru dan murid perlahan akan terbiasa dengan sistem pembelajaran secara daring, terlebih untuk penyampaian materi yang berkaitan dengan praktik.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan aplikasi belajar.id untuk memudahkan siswa dan guru dari berbagai satuan pendidikan dalam mengakses kebutuhan belajar-mengajar. Dalam akun ini, guru dan murid bisa mengakses beberapa aplikasi untuk membantu kegiatan belajar mengajar seperti Google Classroom, Google Meet, Google Drive, dan masih banyak lagi sehingga memungkinkan adanya kolaborasi dalam belajar.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top