Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pencegahan Terorisme

BNPT Nilai Politisasi Agama Picu Radikalisme dan Terorisme

Foto : istimewa

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Politisasi agama atau menggunakan agama dalam ajang politik dinilai dapat menjadi salah satu pemicu utama akan munculnya radikalisme dan terorisme di Indonesia.

"Radikalisme dan terorisme itu akar masalahnya adalah ideologi. Pemicu utamanya adalah politisasi agama, sehingga sangat relevan dengan kegiatan seperti ini, kita melakukan ikrar bersama, menandatangani pakta integritas supaya menghadapi Pemilu 2024 ke depan, tidak ada lagi yang namanya politisasi agama," ujar Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (5/6).

Menurut dia, apapun argumennya atau alasannya, agama adalah firman tuhan, sehingga harus menjadi sumber inspirasi untuk kemanfaatan semua pihak. "Jadi politisasi agama adalah pemicu utama radikalisme dan terorisme. Dan itu harus ditiadakan," kata Nurwahid saat menjadi narasumber dalam acara Diskusi Publik 2022 bertema "Melawan Kelompok Radikal dalam Dinamika Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2024" yang diselenggarakan Yayasan Tri Bhakti Pratista di Advocafe, Purwokerto, Jumat (3/6).

Lebih lanjut Nurwahid menjelaskan Indonesia sebagai negara yang sangat majemuk yang tentunya juga memiliki potensi yang sangat besar untuk terjadinya konflik, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan tak gampang terpolitisasi.

"Negara kita punya potensial konflik yang paling besar di dunia. Di Arab, hanya beberapa etnis dan suku bangsa, pecah jadi berbagai negara. Bangsa Indonesia? Ada 1.300 lebih suku bangsa, tersebar di 17.000 lebih pulau-pulau, agamanya ada enam, alirannya juga begitu banyak dan ini bisa disatukan dalam NKRI. Bayangkan betapa besarnya potensial konfliknya, harus hati-hati dan dijaga," ungkapnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top