Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kecelakaan Heli

BMKG Duga Kabut Muncul Tiba-tiba

Foto : ANTARA/Anis Efizudin
A   A   A   Pengaturan Font

Semarang - Penyebab jatuhnya pesawat helikopter Basarnas jenis Dauphin di Gunung Butak, Kabupaten Temanggung, pada 2 Juli 2017 lalu masih belum diketahui.

Namun, BMKG menduga ada kabut pekat tiba-tiba muncul dan di luar jangkauan Badan Meteorologi sehingga tidak bisa menginformasikan dengan segera ke pilot.


Penerbangan helikopter dengan misi melihat situasi langsung dan evakuasi korban ledakan kawah gunung Dieng itu sebelumnya memperoleh laporan kondisi cuaca dari BMKG Bandara Ahmad Yani Semarang.

"Bahkan, setelah take off tetap ada pengendalian informasi cuaca dari Air Nav. Data cuaca dari kami," kata Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang, Bayu Umbaran, saat menyampaikan laporan di hadapan Komisi V DPR RI, di Semarang, Selasa (4/7).


Helikopter Basarnas terjatuh pada Minggu (2/7), pukul 16.00 di Gunung Butak, Desa Canggal, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung.

Pesawat itu diawaki empat kru dan empat personel tim rescue andalan Basarnas dan TNI yang bertugas menuju lokasi letupan Kawah Sileri, Dieng, Kabupaten Banjarnegara, untuk melakukan evakuasi.


Delapan korban jiwa dalam peristiwa tersebut adalah Catur Bambang Sulistyo (Basarnas), Budi Resti (Basarnas), Kapten Iin Solikin (TNI Angkatan Laut), M Affandi (Basarnas), Serka Hari Marsono (TNI Angkatan Laut), Peltu Budi Santoso (TNI Angkatan Laut), Nyoto Purwanto (Basarnas), dan Kapten Haryanto (TNI Angkatan Laut).


Bayu menyebutkan cuaca saat penerbangan heli itu dalam kondisi clear. Hal itu berdasarkan observasi stasiun Ahmad Yani yang menunjukkan kondisi cuaca berawan dengan kecepatan angin sembilan hingga 15 kilometer per jam.


Berdasarkan analisis citra satelit pada pukul 16.00 hingga 17.00, keadaan cuaca pada ketinggian 1.000 hingga enam ribu meter di Pegunungan Sindoro juga berawan dengan kecepatan angin sembilan hingga 19 kilometer per jam arah timur laut tenggara.


"Sekitar Sindoro dalam keadan clear, begitu pula dari Gringsing hingga Gunung Sindoro," kata Bayu.


Maksud clear yang ia sampaikan adalah meski berawan, namun penglihatan mendatar mampu menembus hingga delapan ribu meter saat di ketinggian 1.000 hingga 6.000 meter.

"Artinya, penglihatan masih menjangkau delapan kilometer," kata Bayu.


Meski begitu, ia memperkirakan di lokasi kejadian sering terjadi kabut yang seketika timbul ketika lewat jam 15.00. Menurut dia, munculnya kabut yang seketika itu tak bisa dijangkau radar BMKG.


Radar yang beroperasi BMKG berdasarkan intensitas udara, sedangkan kabut di pengunungan yang sekonyong-konyong tiba tak bisa dipantau.


"Kecuali ada stasiun pengamatan di situ. Di pegunungan tak bisa memantau, itu lokal sekali," katanya.


Di tempat terpisah, Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengatakan kotak hitam (black box ) heli dibawa ke Jakarta, kemarin.


KNKT selanjutnya akan membantu Basarnas dan TNI AL mengkaji dan mengidentifikasi kotak hitam tersebut.

"Data yang kami terima, yang kami ketahui, nanti kami serahkan ke Basarnas. KNKT hanya memberi support ke mereka, hasil investigasi tetap di Basarnas," tutur Soerjanto.SM/Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top