Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prosedur Ekploitasi Migas I Tumpahan Minyak Rugikan Nelayan, Wisata, dan Lingkungan

Blok ONWJ Harus Diaudit

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Pemerintah bersama PT Pertamina (Persero) semestinya melakukan audit teknis prosedur pelaksanaan eksploitasi migas di Blok ONWJ yang menyebabkan pencemaran lingkungan sekitarnya.

JAKARTA - Pemerhati lingkungan mendesak Pemerintah untuk segera me-review perizinan eksploitasi minyak dan gas (migas) di wilayah lepas pantai secara menyeluruh, termasuk di pantai utara Jawa Barat. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kecelakaan serius di sumur migas seperti yang terjadi pada sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE).

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat, Meiki W Paendong, menyebutkan khusus di Jabar terdapat 32 subzona migas di laut sereta darat, dan salah satu di antaranya merupakan sumur yang bocor tersebut.

"Kami minta pemerintah tinjau ulang izin-izin yang diterbitkan terkait ekploitasi migas. Sedangkan Pertamina juga harus lakukan audit teknis pada semua blok yang dikelolanya, demi menghindari kejadian serupa di kemudian hari," tegasnya kepada media, di Jakarta, Senin (29/7).

Secara internal, menurut Meiki, Pertamina harus melakukan audit terhadap prosedur kerja dan peralatan di lokasi lain Blok ONWJ, anjungan Echo, Bravo, Mike dan Zulu. Terpenting, prosedur kedaruratan untuk memberitahukan kepada warga dan nelayan yang melakukan aktifitas yang terdampak oleh tumpahan minyak ini. "Mereka belum mendapat informasi yang cukup akan dampak dari tumpahan minyak ini," tuturnya.

Aktivis lingkungan ini menuturkan, dampak yang disebabkan oleh semburan gas dan minyak dari sumur YYA-1 Blok ONWJ tidaklah kecil. Dampaknya adalah kehidupan biota, nelayan, sosial ekonomi hingga pariwisata di Jawa Barat. Lokasi pariwisata pantai di karawang sampai ditutup karena lokasi pantainya tercemar oleh tumpahan minyak.

Meiki W Paendong memperkirakan, hingga 18 Juli lalu, sekitar 45,37 kilometer persegi (km2) lautan terdampak pencemaran migas dari sumur YYA-1. Luasan ini akan terus bertambah karena sumber pencemarannya masih belum teratasi, masih waktu berminggu-minggu lagi untuk menutup sumur tersebut.

Apabila pencemaran ini tidak mampu dikendalikan, kata Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Tubagus Achmad, akan semakin meluas hingga Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Terbaru laporan dari sejumlah nelayan, tumpahan minyak sudah sampai di gugus Timur Kepulauan Seribu.

Tubagus mengatakan, angin mendorong pencemaran minyak ke arah barat, laporan terakhir masyarakat sudah sampai ke Kepulauan Seribu. "Kehidupan nelayan dan pariwisata di Kepulauan Seribu yang selama ini bergantung dengan kondisi laut akan sangat terganggu," terangnya.

Penanganan Intensif

Pertamina terus mengintensifkan penanganan operasi pasca peristiwa oil spill di sekitar anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ dengan memasang lima unit Giant Octopus Skimmer dan membentang 5 x 400 meter Static Oil Boom di sekitar anjungan YY di wilayah Pantai Karawang, Jawa Barat.

Menurut VP Corporate Communication PT Pertamina, Fajriyah Usman, Static Oil Boom ditempatkan di sekitar anjungan YY yang diindikasikan terdapat sumber utama keluarnya minyak mentah sehingga dapat mengisolasi minyak tersebut agar tidak meluas di lautan.

Pertamina juga menurunkan lima Giant Octopus Skimmer yang dapat menyedot oil spill dengan kecepatan tinggi. Alat ini dinilai mampu mengangkat minyak dengan kecepatan sekitar 250 ribu liter per jam. Selanjutnya, oil spill dipompa ke kapal-kapal untuk penampungan sementara. ers/E-12

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top