Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
HUT Ke-492 Jakarta

Bisakah Ibu Kota Jakarta Bebas Macet?

Foto : ANTARA/Nova Wahyudi

Kemacetan Ibu Kota I Sejumlah kendaraan melintas di jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Selasa (18/6). Berdasarkan data dari lembaga pengukur kepadatan kendaraan di kota-kota dunia (TomTom Traffic Index) level kemacetan di Ibu Kota Negara mengalami penurunan sebesar 8 persen dari 61 persen pada 2017 menjadi 53 persen di 2018.

A   A   A   Pengaturan Font

Lengangnya lalu lintas di Jakarta baru terasa hanya saat Idul Fitri semata. Masyarakat Ibu Kota berbondong-bondong meninggalkan Jakarta ke kampung halamannya di daerah. Jakarta sepi hanya sesaat.

Setelah Hari Raya, Jakarta kembali menunjukkan wajahnya. Jutaan kendaraan saling berebut jalan di setiap penjuru Jakarta. Bahkan, trotoar yang baru saja direvitalisasi harus menjadi korban penyerobotan para pengendara. Pejalan kaki pun tersingkirkan.

Anggota DPRD DKI Jakarta, Pandapotan Sinaga, mengakui belum ada terobosan signifikan untuk mengurai kemacetan di masa kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Saat ini, banyak pengguna kendaraan pribadi terutama sepeda motor dan mobil kecil/LCGC malah meningkat.

Di sisi lain tidak ada pembatasan kendaraan pribadi ke pusat kota khususnya Jalan Jend Sudirman-Jalan MH Thamrin.

"Kemacetan di Jakarta ini tidak bisa dipungkiri. Sudah sangat krusial. Kondisinya sudah cukup parah. Apalagi ada pembangunan proyek infrastruktur di seluruh wilayah. Dalam dua tahun ini, Gubernur kita belum punya terobosan baru untuk mengurai kemacetan ini," ujar Pandapotan, di Jakarta, Kamis (20/6).

Meski demikian, akunya, ada penurunan kemacetan dengan angka cukup kecil. Hanya delapan persen sesuai survei Tom Tom Traffic Index, yang dirilis belum lama ini. Hasil survei tersebut menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kemacetan parah ketujuh di dunia, naik dari peringkat keempat pada tahun 2017.

Dia mengatakan, faktor utama berkurangnya kemacetan lalu lintas disebabkan oleh rampungnya sebagian besar proyek-proyek infrastruktur di Jakarta. Seperti proyek Moda Raya Terpadu (MRT), struktur utama kereta ringan atau Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek, penataan trotoar Jalan Jend. Sudirman-Jalan MH Thamrin, dan lainnya.

Di sisi lain, penerapan sistem ganjil genap dianggapnya turut berkontribusi dalam penurunan kemacetan

Hasil Survei

Dari hasil survei sistem ganjil-genap oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Perhubungan saat penyelenggaraan Asian Games 2018, menunjukkan 24 persen pengguna kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum akibat penerapan ganjil genap ini. Dari 24 persen masyarakat yang beralih menggunakan angkutan umum tersebut. Namun, baru 38 persen saja warga yang memilih menggunakan jasa angkutan umum massal.

Kendati telah ada moda transportasi publik yang memadai, seperti MRT, LRT dan Transjakarta, politisi PDIP ini menganggap kemacetan tidak bisa dilepaskan dari Jakarta. Dia nenilai ada kesalahan manajemen dalam tubuh pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena belum memiliki konsep untuk benar-benar mengatasi kemacetan DKI.

"Pencabutan pembatasan sepeda motor di kawasan MH Thamrin, justru kontradiktif dengan kampanye mengajak orang beralih ke transportasi massal maupun mengurangi kemacetan lalin di pusat kota. Pemprov juga masih kesulitan untuk mengintegrasikan antarmoda, baik MRT, LRT, Transjakarta, hingga bus sedang dan angkot," jelasnya.

Untuk itu, kata Pandapotan, DKI Jakarta segera menerapkan jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) di jalan-jalan protokol. Selain itu, Dinas Perhubungan DKI Jakarta segera menerapkan e-parking progresif di pusat kota, hingga memperbanyak penyediaan park and ride di pinggiran kota (terminal, stasiun, halte simpul).

Anies mengungkapkan, pihaknya terus mengupayakan integrasi transportasi umum massal sehingga memudahkan orang untuk mengakses kendaraan publik. Dengan demikian, warga Jakarta mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan beralih ke angkutan umum.

"Dengan kendaraan pribadi berkurang, maka traffic akan berkurang. Kemudian itu diiringi dengan pembukaan rute-rute baru layanan Transjakarta. ," kata Anies.

Ke depan, ucap Anies, pengurangan tingkat kemacetan diharapkan bisa lebih tinggi lagi. Apalagi saat ini telah dioperasikan MRT sebagai moda andalan baru warga Jakarta.

"Mudah-mudahan tahun ini, (penurunan kemacetan) bisa lebih tinggi. Karena angka ini 2018 sebelum ada MRT. Berharap MRT di tahun ini bisa lebih baik lagi. Belum ada target khusus, karena ini rangking. Ranking ini bukan hanya kita tapi juga kota lain," tegasnya. peri irawan/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top