Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konflik di Ukraina I Presiden AS Minta Russia Tak Menggunakan Senjata Nuklir atau Kimia

Biden Peringatkan Putin

Foto : AFP/Juan BARRETO

Tentara Ukraina I Sejumlah tentara Ukraina berpose di luar Kota Izyum, Ukraina timur, pada Sabtu (17/9) lalu. Konflik di Ukraina ini diperkirakan akan jadi pusat perhatian Sidang Umum PBB yang dimulai Selasa (20/9) pekan depan.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, memperingatkan Presiden Russia, Vladimir Putin, agar tidak menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis setelah pasukan Moskwa mengalami kemunduran serius dalam perangnya di Ukraina.

"Jangan. Jangan. Jangan," kata Biden, dalam kutipan sesi wawancara pada acara60 Minutesdi stasiun televisiCBSyang ditayangkan pada Jumat (16/9) malam waktu setempat.

Pernyataan Biden itu diutarakan saat menanggapi pertanyaan pewawancara tentang kemungkinan Putin, yang pasukannya mengalami kerugian besar dalam serangan balasan Ukraina bulan ini, menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis.

"Anda akan mengubah wajah perang melebihi keburukan apapun sejak Perang Dunia II," kata Biden. "Mereka (Russia) akan menjadi lebih paria di dunia ini melebihi dari sebelumnya," imbuh Presiden AS itu.

Ukraina berhasil merebut kembali sebagian besar wilayahnya di timur dari pendudukan pasukan Russia dalam beberapa pekan terakhir, dan semua itu bisa terjadi berkat bantuan pasokan senjata berat oleh sekutu Barat.

Saat ini Moskwa menghadapi kemarahan baru dari Barat setelah penemuan kuburan massal di luar Kota Izyum yang sebelumnya diduduki Russia, di mana, kata pejabat di Kyiv, hampir semua mayat yang digali menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.

Tetapi Putin tetap teguh pada pendiriannya dengan mengatakan bahwa perangnya melawan negara tetangganya yang condong ke Barat itu telah berjalan sesuai rencana.

"Rencana itu tidak bisa disesuaikan," kata Putin pada Jumat. "Operasi ofensif kami di Donbas sendiri tidak berhenti. Mereka berjalan dengan lambat, dan tentara Russia pastinya akan menduduki wilayah yang lebih baru lagi," ucap Presiden Russia itu.

Sidang Umum PBB

Sementara itu dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Minggu (18/9) dilaporkan bahwa invasi Russia ke Ukraina dan krisis pangan global yang diperparah oleh perang, akan menjadi fokus para pemimpin dunia ketika mereka bersidang di PBB di New York, AS, pekan ini, walau pertemuan puncak itu sepertinya tidak akan menghasilkan kemajuan apa-apa untuk mengakhiri konflik.

"Akan terlalu naif untuk berpikir bahwa kita hampir mencapai kemungkinan kesepakatan damai," komentar Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, jelang pertemuan tingkat tinggi Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang, yang dimulai Selasa.

"Peluang kesepakatan damai sangat minim pada saat ini," imbuh dia, seraya mengatakan bahwa keretakan geopolitik saat ini adalah yang terluas setidaknya sejak Perang Dingin, dan ia memperingatkan keretakan ini bisa melumpuhkan respons global terhadap tantangan dramatis yang dunia sedang hadapi seperti peperangan, iklim, kemiskinan, kelaparan, dan ketidaksetaraan.

Perpecahan geopolitik, yang dipertegas oleh perang yang telah berlangsung tujuh bulan, kemungkinan akan terlihat sepenuhnya ketika AS dan sekutu Barat bersaing dengan Russia untuk mendapatkan pengaruh diplomatik.

Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan bahwa negara-negara lain telah menyatakan keprihatinan bahwa saat mereka fokus pada Ukraina, mereka tidak memperhatikan apa yang terjadi dalam krisis lain di seluruh dunia.

"Bukan itu masalahnya," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa sementara Ukraina akan jadi pusat perhatian pada pekan depan, terapi konflik itu bukan satu-satunya hal yang dunia sedang hadapi.

Russia dan Ukraina adalah pengekspor biji-bijian dan pupuk utama dan PBB menyalahkan perang karena telah memperburuk krisis pangan yang telah dipicu oleh perubahan iklim dan pandemi Covid-19. AFP/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top