Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter l Inflasi Tetap Terkendali di Level 3,5 Persen setelah Kenaikan BBM

BI Optimis "Inflow" Naik di Q4-2018

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Bank Indonesia (BI) memastikan indikator perekonomian nasional, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi masih sesuai dengan perkiraan semula di tengah tekanan dari eksternal.

JAKARTA - Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (26/10), mengaku optimistis bakal terjadi aliran dana masuk (inflow) ke pasar keuangan dalam negeri, terutama untuk instrumen investasi yang menawarkan imbal hasil tetap atau fixed income seperti Surat Berharga Negara (SBN).

Optimisme itu didasarkan pada berbagai upaya yang dilakukan bank sentral dan pemerintah serta otoritas terkait lainnya sehingga aset investasi seperti portofolio dalam negeri tetap menarik.

"Kita telah berupaya dalam dua triwulan terakhir dengan membuat aset dalam negeri tetap menarik, sehingga pada triwulan terakhir mudah-mudahan inflow akan meningkat," kata Perry.

Menurut dia, semua langkah tersebut diupayakan agar upaya bersama-sama dengan pemerintah menurunkan Current Account Deficit (CAD) atau defisit neraca transaksi berjalan turun di bawah 3 persen.

Menariknya aset dalam negeri, jelas Perry, terlihat pada differential interest rate atau selisih suku bunga antara SBN dengan tenor setahun yang mencapai 8,5 persen dengan Surat Utang AS atau U$ Treasury Bonds sebesar 3,1 persen.

"Dengan credit default swap/CDS atau premi risiko aset kita 140 basis poin atau 1,4 persen, maka spread-nya masih tinggi, Saya kira tidak ada yang semenarik kita," kata Perry.

Hal itu paparnya yang menyebabkan terjadinya inflow oleh asing sepanjang pekan ini ke SBN sebesar 9,09 triliun rupiah dan hingga posisi 25 Oktober 2018 sudah terjadi net buy sebesar 8,26 triliun rupiah. Sedangkan pembelian SBN oleh asing sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd) sudah mencapai 22,97 triliun rupiah.

"Semua langkah sterilisasi suku bunga itu diharapkan mendukung nilai tukar rupiah," kata Perry.

Inflasi Terkendali

Perry dalam kesempatan itu juga menyampaikan hasil survei pekan keempat pemantauan harga oleh BI yang mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami kenaikan harga atau inflasi sebesar 0,17 persen secara bulanan (month to month/mtm) pada Oktober 2018. IHK tersebut lebih tinggi dibanding bulan lalu di mana terjadi penurunan harga atau deflasi 0,18 persen.

Inflasi disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seri Pertamax yang menyumbang kepada indeks harga konsumen sebesar 0,03 persen.

Dengan inflasi bulanan di Oktober 2018 sebesar 0,17 persen (mtm) maka inflasi tahunan akan sebesar 3,05 persen (year on year/yoy).

Harga barang yang menyumbang inflasi sepanjang Oktober 2018, lanjut Perry, adalah harga cabai merah dengan sumbangan inflasi 0,08 persen, harga bahan bakar minyak (BBM) atau bensin 0,03 persen, harga emas perhiasan 0,02 persen, dan harga cabai rawit sebesar 0,01 persen.

Seperti diketahui, harga bahan bakar minyak (BBM) seri Pertamax naik pada 10 Oktober 2018, yakni pertamax turbo, dexlite, pertamina dex, dan biosolar non PSO karena harga minyak dunia naik.

Kendati demikian, beberapa harga barang juga yang mencatat deflasi seperti komoditas pangan yakni telur ayam ras yakni 0,03 persen dan daging ayam ras yakni 0,02 persen, dan bawang merah 0,02 persen.

Dengan masih terkendalinya inflasi hingga Oktober, Perry yakin inflasi tahun ini akan berada di kisaran 3,5 persen (yoy) atau di bawah titik tengah sasaran BI. bud/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top