Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Operasi Moneter

BI Berpotensi Naikkan Bunga Acuan pada Januari 2023

Foto : ISTIMEWA

Bank Indonesia

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal melanjutkan kebijakan pengetatan moneter melalui instrumen kenaikan suku bunga acuan hingga paruh pertama tahun ini. Meski demikian, kenaikan tersebut tak seagresif pada tahun lalu.

Ekonom David Sumual mengatakan BI berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. "Bisa saja suku bunga acuan ditahan dulu atau naik 25 bps," katanya di Jakarta, Rabu (11/1).

Dia memperkirakan BI masih akan meneruskan pengetatan kebijakan moneter pada kuartal I sampai kuartal II-2022 karena bank sentral negara-negara lain di dunia termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) masih berpotensi menaikkan suku bunga acuan. BI akan menggelar rapar dewan gubernur pada 18-19 Januari mendatang.

"Bank sentral global terutama the Fed masih akan menaikkan suku bunganya. Fed Fund Rate kemungkinan masih akan naik 50-75 bps," katanya.

Untuk itu, BI juga diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan karena inflasi masih akan tinggi di kuartal I 2022 ditopang oleh kenaikan harga produk di sektor jasa dan kenaikan upah riil masyarakat. "Inflasi sektor jasa termasuk kenaikan upah masih akan memberikan tekanan terhadap inflasi di kuartal I 2023 ini," katanya.

Meski demikian, BI diperkirakan tidak akan lagi menjadikan kebijakan suku bunga sebagai kebijakan yang dominan digunakan untuk menavigasi kondisi moneter nasional. "Sepanjang 2022 suku bunga acuan BI diperkirakan berkisar pada level 5,5 persen sampai 6,5 persen," katanya.

Adapun sepanjang 2022, BI tercatat telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 bps yang dimulai pada Agustus 2022 hingga saat ini menjadi 5,5 persen.

BI 7DRR bertahan di posisi 3,5 persen sejak 18 periode Maret 2021 sebelum akhirnya dinaikkan sebesar 25 bps pada 23 Agustus 2022. Kemudian, secara berurutan BI kembali mengerek bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen pada 22 September 2022, lalu 50 bps pada Oktober 2022, terus 50 bps pada November 2022, dan 25 bps pada Desember 2022.

Kendalikan Inflasi

Agresivitas tersebut untuk mengendalikan inflasi pada 2022 yang memanas. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi nasional pada 2022 mencapai 5,51 persen, di atas target pemerintah dan BI di kisaran 2-4 persen.

Tahun ini, inflasi diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan capaian pada 2022 sehingga peluang BI menaikkan bunga acuan secara agresif masih terbuka. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan inflasi pada 2023 akan berada di kisaran 6-7 persen, di atas target pemerintah dalam APBN 2023, yaitu 3,6 persen.

"Saya melihat inflasi tahun depan bisa di bawah 7 persen, tetapi masih 6 persen, karena kemandirian pangan akan tumbuh dari masyarakat secara grassroot dan yang kedua secara konglomerasi sekarang sudah mulai main di pangan," ucap Ekonom Senior Indef Aviliani dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023, beberapa waktu lalu.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top