Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Proyeksi Ekonomi

BI Ajak Perbankan Lebih Agresif Salurkan Kredit

Foto : ISTIMEWA

PERRY WARJIYO Gubernur BI - Mari kita tingkatkan kredit dan pembiayaan untuk pemulihan ekonomi usaha dan di situlah kekuatan dari sinergi kita, sinergi kebijakan ekonomi nasional.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dalam Laporan Perekonomian Indonesia yang diterbitkan di Jakarta, Rabu (26/1), optimistis perekonomian Indonesia akan lebih menggeliat pada 2022 dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan berkisar 4,7-5,4 persen.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengakui pada tahun ini inflasi diperkirakan akan meningkat, tapi dikendalikan sesuai sasaran 3 persen plus minus satu persen.

"Sedangkan nilai tukar memang akan mengalami tekanan tahun ini, tapi komitmen kami untuk menjaga stabilitas nilai tukar berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan," kata Perry.

Ia juga mengajak pelaku industri perbankan untuk meningkatkan pembiayaan ke masyarakat. Dengan agresifnya perbankan maka pertumbuhan kredit pada 2022 diperkirakan tumbuh di kisaran 7-9 persen.

"Mari kita tingkatkan kredit dan pembiayaan untuk pemulihan ekonomi usaha dan di situlah kekuatan dari sinergi kita, sinergi kebijakan ekonomi nasional. Satu prasyarat yaitu vaksinasi. Terima kasih pemerintah yang sangat cepat, insya Allah sebentar lagi booster, pembukaan sektor ekonomi, stimulus fiskal dan moneter, pembiayaan dan juga reformasi di sektor riil dan sektor keuangan," kata Perry.

Kebijakan moneter bank sentral pada tahun ini, jelasnya, akan diarahkan untuk menjaga inflasi dan juga menjaga stabilitas nilai tukar karena tekanan global yang semakin meningkat.

"Tapi, empat kebijakan lain yaitu makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar, inklusi ekonomi keuangan, ekonomi hijau dan juga kebijakan internasional, kami terus akan sampaikan dan kita dorong bersama pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi," kata Perry.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, yang diminta pendapatnya mengatakan BI hanya bisa membuat proyeksi, tetapi pencapaiannya tergantung dari kebijakan pemerintah dalam mengoptimalkan semua mesin pertumbuhan.

"Indonesia bisa mencapai 5 persen jika mesin-mesin pertumbuhan ekonomi semua jalan, seperti konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi meningkat. Apalagi sekitar 56- 58 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga," kata Esther.

Vaksinasi Harus Maksimal

Pengamat Ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, dalam kesempatan terpisah mengatakan perkiraan BI di kisaran 4,7-5,5 persen masih dalam rentang prediksi lembaga-lembaga lain. Bank Dunia misalnya dalam Global Economic Prospect 2022, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dan 2023 masing-masing 5,2 dan 5,1 persen.

Tren meningkat, jelas Gunadi, diperkirakan terjadi di ekonomi negara-negara Asia. India diperkirakan tumbuh 8,7 persen, namun Tiongkok akan turun dari 8 persen ke level 5 persen. Begitu pula negara-negara maju cenderung akan mengalami perlambatan pertumbuhan.

"Penurunan pertumbuhan di Tiongkok dan negara-negara maju inilah yang tampaknya akan menyebabkan ekonomi global juga diprediksi mengalami moderasi. Artinya, ada indikasi bahwa tren meningkat di negara-negara ekonomi berkembang tidak mampu untuk mengimbangi penurunan pertumbuhan di Tiongkok dan di sejumlah negara maju," kata Gunadi.

Kalau ekonomi Tiongkok dan negara-negara maju seperti AS tidak merosot lagi, dia memperkirakan batas bawah proyeksi BI bisa tercapai. Namun demikian, harus disertai tindakan yang sinkron. Sektor-sektor ekonomi tidak akan dibuka dengan baik kalau vaksinasi tidak maksimal.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top